Senin, 26 September 2011

Kisah Sukses SOICHIRO HONDA

"Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya"
- Soichiro Honda -

Pernakah Anda tahu, sang pendiri "kerajaan" Honda - Soichiro Honda – sebelum sukses diraihnya ia banyak mengalami kegagalan? Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan Presiden RI. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. "Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda," tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever.

Kecintaannya kepada mesin, mungkin 'warisan' dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya.

Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang. Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri. Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.

Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah - pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah. "Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya," ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali. Namun, Honda tidak patah semangat.

Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal. Akhirnya, tahun 1947, setelah perang Jepang kekurangan bensin.

Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, "sepeda motor" – cikal bakal lahirnya mobil Honda - itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi "raja" jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Bagi Honda, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. "Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya", tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru. Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin.

5 Resep keberhasilan Honda :

1. Selalu berambisi dan berjiwa muda.
2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu memperbaiki produksi.
3. Senangi pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja senyaman mungkin.
4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.
5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama.

Trial and error

Untuk meraih kesuksesan, Anda perlu melakukan trial and error. Hal ini merupakan salah satu tolok ukur untuk menggapai kesuksesan. Tinggal sejauh mana kita mau dan berani mencoba kembali kegagalan itu. Sebelum mencoba lagi, pikirkan masak-masak langkah yang akan ditempuh. Kalau pun terjadi kesalahan kembali, jangan ragu-ragu melakukan perbaikan dan terus mencoba sampai Anda berhasil mengatasinya. Kunci utama trial and error adalah kerja keras dan tetap semangat.

Nah dengan demikian, Anda telah berdamai dengan kegagalan. Sehingga kegagalan bukan lagi momok yang menakutkan. Melainkan sesuatu yang harus dihadapi dan dilawan agar kegagalan itu tidak menggerogoti hidup Anda.

Rabu, 20 April 2011

Kisah Tentang Ayah, Anak, Kakek dan Cucu...

Suatu hari hidup seorang pria yang membesarkan anaknya seorang diri. Sang ibu meninggal saat melahirkan anak itu dan sang ayah mengajarkan anaknya segala hal yang dia ketahui. Anak ini bertumbuh dewasa dan tiba saatnya dia pergi ke desa terdekat untuk menemukan jodohnya. Berbulan-bulan berlalu dan anak muda ini kembali ke rumahnya dengan membawa seorang wanita sebagai istrinya. Mereka hidup bersama-sama di rumah ayah sang pemuda itu.

Tak lama kemudian mereka memiliki seorang anak. Ayah sang pemuda itu yang kini juga telah menjadi seorang kakek mulai mengajarkan cucunya segala hal yang dia ketahui, mengenai menghargai hutan, binatang-binatang dan kehidupan. Istri sang pemuda mulai merasa lelah tinggal bersama dengan orang tua itu dan berkata kepada suaminya agar orang tua itu keluar dari rumah.

Sang pemuda berkata "Aku tidak bisa, ini rumah ayahku dan dia membangunnya untuk kita semua." Namun istrinya menjawab "Jika kau tidak membuatnya pergi maka aku akan membawa anakku untuk pergi dari sini." Setelah berpikir sang pemuda pun setuju untuk mengusir ayahnya dan berkata kepada anaknya "Anakku, besok ayah ingin kau membawa kakek pergi dan meninggalkannya. Berikan padanya selimut ini." Anak kecil itupun menangis "Mengapa ayah melakukan ini? Kakek telah banyak mengajarkan hal-hal yang tidak saya ketahui. Kenapa aku harus melakukan hal ini padanya?" Sang ayahpun menjawab "Nak, ikuti saja permintaan ayahmu ini." Dengan demikian keesokan paginya sang pemuda itu pergi berburu ke Utara dan sang cucu mengajak kakeknya pergi sejauh mungkin ke arah Selatan.

Ketika malam tiba sang cucu terduduk di tempat tidurnya sambil menangis saat ayahnya pulang. Dia melihat selimut yang tadi masih ada di tempat tidur. "Nak, ayah kan sudah bilang untuk memberikan selimut ini kepada kakek?" "Aku berikan separuh selimut ini kepada kakek. Separuh yang lain akan aku simpan karena suatu hari selimut ini mungkin saja akan aku berikan kepada ayah." Pasangan itu pun kaget, dan mulai berpikir kesalahan bodoh yang telah mereka buat. Akhirnya merekapun pergi untuk menjemput sang kakek untuk kembali tinggal bersama-sama.

Minggu, 17 April 2011

Gemar Menunda?

Archis, hakim kota Thebes di Yunani Kuno, sedang menikmati anggur dengan para perwira setempat. Tiba-tiba, muncul seorang kurir yang membawa surat berisi pemberitahuan bahwa ada persengkongkolan yang hendak menghabisi nyawanya. Maka ia diperingatkan untuk melarikan diri. Archis menerima surat itu. Akan tetapi, alih-alih membukanya, ia memasukkannya ke dalam kantong dan berkata kepada kurir itu, ”Urusan bisnis besok saja.” Keesokan harinya, ia tewas. Sebelum sempat membuka surat itu ia sudah ditangkap, dan ketika ia sempat membacanya - semua sudah terlambat.

Penundaan memang tidak selalu berakibat fatal seperti yang menimpa Archis. Namun, kecenderungan menunda tugas biasanya menunjukkan kurangnya disiplin pribadi dan buruknya pengelolaan waktu.. Bahwa suatu tugas terasa berat, membosankan, atau tak menyenangkan - bukan alasan valid untuk menundanya. Kita justru perlu berkonsentrasi lebih untuk segera menyelesaikannya tepat waktu.

"Jangan menunda besok apa yang patut dilakukan hari ini, karena besok belum tentu Anda punya waktu dan kemampuan untuk melakukannya"

Rabu, 23 Maret 2011

Ray Charles

Seorang anak kecil buta terjatuh. Ia menangis meraung-raung, memanggil sang ibu. Biasanya seorang ibu tentu akan bergegas menghampiri anaknya, tetapi ibu si anak justru berdiam diri. Dari sudut ruangan, ia menyaksikan anaknya menangis dalam frustrasi. Namun anak itu perlahan bangkit, mengibaskan debu dari bajunya, lalu meraba jalannya sendiri menuju sang ibu. Dengan penuh air mata, sang ibu memeluk erat anaknya. Itulah sepenggal cerita masa kecil Ray Charles, legenda musik soul Amerika. Apa komentar Anda mengenai si ibu? Kejam? Tidak punya hati? Di adegan berikutnya, sang ibu menjelaskan tindakannya kepada Ray kecil: “Aku ingin kamu tahu … kamu itu buta, tetapi tidak bodoh.”

Bersikap ”keras” kepada anak-anak atau generasi muda yang dipercayakan kepada kita, bukanlah hal yang tabu; sebab sikap demikian perlu untuk mendidik, asal melakukannya dengan tujuan dan cara yang benar. Sikap memanjakan generasi muda atau membiarkan mereka berbuat apa saja tanpa nasihat, justru menjadi pertanda tidak adanya tanggung jawab. Sebagai masa depan dunia, generasi muda membutuhkan didikan karakter dari otoritas di sekelilingnya

"Didikan memang kerap terasa menyakitkan, namun pasti membentuk karakter secara mengagumkan"

Selasa, 22 Februari 2011

Maafkan Aku Bila Aku Mengeluh...

Hari ini, di sebuah bus, aku melihat seorang gadis cantik berrambut hitam kemilau. Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu ceria, dan kuharap aku bisa merasakan keceriaan itu. Tiba-tiba dia terhuyung-huyung berjalan. Ternyata, dia mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu. Namun ketika lewat dia tersenyum.

Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua kaki. Dunia ini milikku.

Aku berhenti untuk membeli bunga lili. Anak laki-laki penjualnya begitu mempesona. Aku berbicara padanya. Dia tampak begitu gembira. Seandainya aku terlambat, tidaklah apa-apa. Ketika aku pergi, dia berkata, "Terima kasih. Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu. Engkau sudah begitu baik mau berbicara pada saya yang buta ini."

Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua mata. Dunia ini milikku.

Lalu, sementara berjalan. Aku melihat seorang anak dengan bola mata biru. Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain. Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya. Aku berhenti sejenak, tanyaku, "Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain, nak?" Dia memandang ke depan tanpa bersuara, lalu aku tahu dia tidak bisa mendengar.

Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua telinga. Dunia ini milikku.

Dengan dua kaki untuk membawa aku ke mana aku mau. Dengan dua mata untuk memandang mentari terbenam. Dengan dua telinga untuk mendengar apa yang ingin kudengar.

Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh...

Jumat, 18 Februari 2011

Lagi Dan Lagi...

Sungguh senangnya hati ketika kendaraan yang kita pakai sehari-hari dicuci bersih. Sayangnya, secemerlang apa pun kendaraan kita setelah dicuci, kita tak dapat mempertahankannya terus begitu. Jika kita memakainya lagi untuk beraktivitas, maka dalam sekejap ia bisa kembali menjadi begitu kotor. Hingga pekerjaan mencuci ini harus diulang. Lalu, kotor lagi. Harus dicuci lagi. Begitu seterusnya...

Ada satu kemiripan antara mencuci kendaraan dengan mengampuni kesalahan sesama - yakni harus dilakukan lagi dan lagi. Perselisihan, kerap kali justru terjadi di antara orang-orang yang terdekat - keluarga, sahabat, rekan sekerja. Itu sebabnya budaya meminta ampun dan mengampuni harus menjadi gaya hidup kita. Sungguh egois apabila kita yang telah diampuni oleh Yang Kuasa tidak mau melakukan hal yang sama terhadap sesama kita. Sudah sewajarnya kita dapat mengampuni lagi dan lagi - setiap kesalahan yang tertimpa kepada kita dari sesama saudara.

Kita membutuhkan pengampunan Tuhan lagi dan lagi, mengapa kita tak mengampuni sesama lagi dan lagi juga?

Kamis, 17 Februari 2011

Pengkritik...

Walt Disney adalah salah satu raksasa entertainment terbesar di dunia ini. Apakah perjalanannya menuju sukses berlangsung mulus? Tidak selalu. Disney harus bertemu banyak pengkritik yang berusaha membunuh impiannya. Gagasan tentang tikus kartun pada zaman itu sangat konyol. Tak heran Disney harus menelan banyak kritik, sindiran, hinaan. Namun kini, anak-anak di seluruh dunia harus berterima kasih kepadanya karena berhasil mempertahankan impian dan tetap berusaha mewujudkannya.

Pengkritik tak memandang orang. Tak peduli betapa kerasnya Anda bekerja. Tak peduli betapa hebatnya gagasan Anda. Tak peduli betapa luar biasanya bakat dan kemampuan Anda. Tak peduli Anda sosok yang sempurna. Anda tetap menjadi sasaran kritik. Tak seorang pun bebas dari kritik. Semua dihadapkan pada pilihan: membiarkan kritik membunuh impiannya atau memilih mempertahankan impian itu!

Jika Walt Disney yang kreatif itu pun menuai kritikan hebat, apalagi kita. Ya, para pengkritik ada di mana-mana. Kita tak dapat lepas dari pengkritik. Solusi terbaik adalah menghadapi semua kritikan itu dengan jiwa besar dan tidak membiarkan kritikan itu membunuh semua impian kita.

Apakah Anda sedang menuai sorotan serta kritikan tajam? Mungkinkah semangat Anda meredup atau bahkan hampir mati karenanya? Lihatlah bagaimana orang-orang sukses menghadapi kritik. Bersemangatlah kembali dan raih lagi impian Anda...

“Criticism, like rain, should be gentle enough to nourish a man's growth without destroying his roots.”

Minggu, 13 Februari 2011

Sebuah Kisah Cinta Nyata di Hari Kasih Sayang

Di pihak manapun Anda berada (seorang aktivis anti-hari-valentine, atau seorang yang mempersiapkan coklat untuk kekasih spesialnya), topik tentang cinta selalu populer...

Jika Anda salah seorang yang takut berurusan dengan cinta, kisah nyata yang diceritakan seorang suster sebuah rumah jompo tentang cinta ini mungkin dapat mencairkan hati Anda yang mulai membeku. Pemeran utama kisah ini bukanlah Romeo dan Juliet, tapi George dan Pearl. Begini kisahnya...

“Real love stories never have endings” - Richard Bach

Hari itu adalah musim panas yang lembab dengan langit biru di bulan Juli dan saya memulai pekerjaan saya di sebuah rumah jompo. Setiap pagi George, seorang pria berusia 85 tahun sampai di lokasi dengan diantar bus khusus, tepat waktu untuk menikmati sarapan dengan Pearl, istrinya yang berusia 60 tahun. "Sweet Girl Pearl" (sebagaimana George yang penuh kasih sayang menggambarkan istrinya) bergabung dalam rumah jompo kami pada bulan April dan George saat itu sedang berusaha untuk menyesuaikan diri untuk hidup terpisah dengan belahan jiwanya. George harus menghadapi kenyataan bahwa Pearl mungkin tidak akan pernah dapat meninggalkan rumah jompo ini.

Pearl didiagnosa menderita penyakit Alzheimer dan semakin lama kondisinya semakin memburuk. Pada tahap lanjutan, Pearl telah lupa cara berjalan dan terpaksa menggunakan kursi roda untuk berkeliling rumah didorong oleh George yang terus tersenyum. "Hanya mengajak istri tercinta tour keliling rumah," begitu responnya saat seseorang bertanya tentang istrinya. Saya biasanya melihat mereka berdua di teras, bergandengan tangan di tempat yang teduh. Mereka berdua duduk terdiam tapi mereka memberikan senyum manis mereka pada siapapun yang lewat. Mereka selalu bergandengan tangan kecuali pada saat George mendorong kursi roda Pearl.

Memasuki bulan Juni, Pearl mulai tidak mengenali George, tetapi hal ini sepertinya tidak jadi masalah bagi George. Setiap pagi George secara rutin datang ke rumah jompo, menyalami istrinya dengan sebuah kecupan lembut di pipi, dan mendorong kursi roda istrinya ke aula untuk menikmati sarapan bersama. George memegang garpu untuk menyuapi istrinya dengan satu tangan, dan dia menggunakan tangan lainnya untuk merangkul istrinya. Mereka tidak pernah melepaskan genggaman tangannya, tersenyum dan terus duduk dalam kesunyian.

Beberapa hari kemudian di bulan Juli saat saya mendorong kursi roda pasien lain menuju kantin, saya merasakan sesuatu yang salah. Sesuatu terasa berbeda. George dan Pearl tidak ada di tempat mereka biasanya, sambil menikmati sarapan bersama. Saya memanggil suster lain untuk menggantikan saya karena saya ingin melihat keadaan Pearl di kamarnya.

Saat saya memasuki ruangan Pearl, saya menemukan mereka berdua. Pearl sedang menatap langit-langit dan George sambil menggenggam tangan istrinya, mengangkat kepala dan melihat kepada saya. George menyapa saya, dan saya menyadari bahwa George baru saja menangis dengan mendengar suara sengaunya. Saat saya menghampiri tempat tidur Pearl, saya menyadari bahwa dia tidak bernapas dan segera memanggil dokter dilanjutkan dengan memberikan napas buatan. Setelah dokter tiba, beliau mengkonfirmasikan sesuatu yang telah saya ketahui sebelumnya. Pearl telah meninggal.

George bercerita pada saya bahwa Pearl telah menunggu dirinya. Dia duduk di samping tempat tidur, menggenggam tangannya dan untuk pertama kalinya setelah sekian bulan, Pearl mengenali suami tercintanya dan bicara padanya "George, cinta kita tidak akan pernah mati. Saya mencintaimu George." Sambil menutup matanya dan pergi dengan damai.

George sangatlah luar biasa. Dia berada di sana setiap hari walaupun kondisi fisik istrinya memburuk dan tidak dapat membalas setiap kebaikan George. Hal itu sepertinya tidak menjadi masalah bagi George. Dia hadir di sana untuk istrinya dan itu sudah cukup untuk membuatnya bahagia.

Sebelum George pergi, dia memberi saya sebuah pelukan yang hangat. Dia berterima kasih pada saya karena telah menolong istrinya, dan mendengar isakan saya sepertinya dia tahu bahwa saya juga kehilangan Pearl. Dia berkata pada saya jangan bersedih, dan segalanya baik-baik saja. Saya sangat malu saat dia menghibur saya dimana seharusnya sayalah yang harus menghibur dia.

Saya menunggu di depan bersama George. Bus yang biasa dinaikinya telah datang. Hal terakhir yang dia katakan sebelum dia meninggalkan rumah jompo kami untuk yang terakhir kalinya adalah "Pearl belum meninggalkan saya. Dia masih ada di sini. Dia akan selalu ada bersama saya. Cinta kami terlalu kuat untuk dapat mati." Saat saya melihat bus itu menjauh, George melambaikan tangannya di jendela. Sebagai balasannya saya memberikan sebuah senyum yang dibuat-buat untuk membalas semua sikap positifnya.

“Cinta tidak harus berarti mengucapkan kata-kata, tapi cukup dengan mengetahui kita dicintai. Cukup hadir di sisinya.”

Saya berharap masih banyak George-George lainnya di luar sana yang mengerti apa arti sesungguhnya dari cinta.

Walaupun Jay Leno pernah berkata bahwa hari Valentine adalah sebuah hari untuk memeras kaum pria, tetaplah cintai pasanganmu. Belajar seperti George yang dapat mencintai istrinya tanpa syarat dan tanpa pamrih. Selamat Hari Kasih Sayang...

Selasa, 08 Februari 2011

Lemah Lembut

Kalau kamu tidak berubah, tinggalkan rumah ini!” seru Joe sang ayah pada Tim, anaknya, yang terlibat pergaulan bebas. Tim langsung minggat. Menyewa indekos. Suatu malam Joe ditelepon seseorang. “Anakmu ada di penjara. Ia terlibat perdagangan narkoba!” Segera Sang Ayah mencarinya di penjara, tetapi anaknya tidak ada di situ. Ternyata berita telepon itu salah sambung. Maka, Joe berusaha mencari tempat kos Tim. Menjelang subuh baru ketemu. Anaknya itu sedang tidur. Ia masuk ke kamarnya, berlutut dan memeluknya, lalu berkata: “Tim, kamu baik-baik saja, kan? Ayah sayang padamu!” Ketika Tim melihat kelemahlembutan ayahnya, hatinya pun tersentuh. Ia pun pulang dan bertobat.

Kelemahlembutan kadang dipandang sebagai kelemahan. Orang lebih suka bersikap keras untuk menunjukkan kuasa dan wibawa, padahal justru kelemahlembutan lebih ampuh! Berusaha mendengar dan memahami kebutuhan orang lain. Belajar merendah dan melayani. Sikap itulah yang membuat seseorang disegani.

Apakah kita dikenal sebagai orang yang kasar atau lemah lembut? Suka memotong pembicaraan atau membiarkan orang lain berbicara? Pemarah atau mudah mengalah? Jika kita mau dihormati, terapkan kelemahlembutan dalam hidup kita.

Jumat, 21 Januari 2011

Arti Cinta Dalam Sebuah Pernikahan...

Berikut saya kutip sebuah kisah sederhana dari sebuah blog, yang menggambarkan arti cinta dalam sebuah pernikahan :

Suami saya adalah seorang Insinyur, saya mencintai karakternya yang mantap dan saya mencintai perasaan hangat saat saya berbaring di bahu lebarnya.

Tiga tahun masa berpacaran, dua tahun menikah; harus saya akui bahwa saya mulai merasa lelah. Alasan saya dahulu mencintainya telah berubah menjadi penyebab semua perasaan gelisah.

Saya adalah seorang wanita yang sentimentil dan sangat sensitif ketika berkaitan dengan nilai sebuah hubungan dan perasaan, saya merindukan masa-masa romantis bagai seorang gadis kecil mengharapkan permen manis. Sedangkan suami saya adalah kebalikan saya, sifat yang tidak sensitif dan ketidak mampuan untuk menghadirkan momen romantis dalam pernikahan kami telah mengecilkan arti cinta di dalam hati saya. Suatu hari saya akhirnya memutuskan untuk mengatakan kepadanya mengenai sebuah keputusan besar, bahwa saya ingin bercerai.

"Kenapa?" tanyanya, sambil terkejut. "Aku lelah, aku merasa tidak ada alasan untuk mempertahankan semua ini!" jawab saya. Dia terus terdiam sepanjang malam, sepertinya berpikir sangat dalam dengan ditemani rokok yang terus menyala. Perasaan kecewa saya semakin mendalam, hadir di depan saya seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan kesulitannya, apa lagi yang dapat saya harapkan dari dia? Dan akhirnya dia bertanya kepada saya : "Apa yang dapat aku lakukan untuk mengubah pikiranmu?"

Seseorang pernah berkata, sangat sulit untuk mengubah kepribadian seseorang, dan saya merasa telah kehilangan kepercayaan terhadapnya. Sambil menatap matanya dalam-dalam saya menjawab : "Aku akan menanyakan sebuah pertanyaan, jika kau dapat menjawabnya dan meyakinkan hatiku, aku akan berubah pikiran. Misalkan, aku menginginkan sekuntum bunga yang berada di tebing gunung yang curam, dan kita berdua tahu bahwa dengan mengambil bunga itu akan mengakibatkan kau meninggal, apakah kau tetap akan melakukannya buatku?" Dia menjawab : "Aku akan memberikan jawabannya besok..." Harapan saya pun kandas dengan mendengar respon seperti itu.

Saya bangun keesokan paginya dan tidak menemukan dia, namun sebagai gantinya ada sebuah kertas bertuliskan sesuatu di meja makan dekat pintu depan di bawah gelas susu, yang berkata... "Sayangku, aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tapi biarkan aku menjelaskan alasannya lebih jauh..." Baris pertama telah menghancurkan hati saya. Namun saya terus membaca.

"Ketika kau menggunakan komputer dan kau selalu mengacaukan program-program di dalamnya, kau menangis di depan monitor. Aku harus menyimpan jari-jariku supaya aku dapat membantu memulihkan program-program yang kacau tersebut. Kau selalu ketinggalan kunci rumah sebelum berangkat, sehingga aku harus memelihara kaki-kakiku supaya dapat berlari untuk membukakan pintu untukmu. Kau suka bepergian tapi kau selalu kehilangan arah di sebuah kota baru, aku harus menjaga mataku untuk menunjukkan jalan kepadamu. Kau selalu mengalami keram ketika "sahabat baik"mu datang setiap bulan, aku harus menjaga telapak tanganku supaya aku dapat menenangkan keram di perutmu. Kau suka berada di dalam rumah, dan saya kuatir kau akan terjangkit penyakit autis. Aku harus menjaga mulutku supaya dapat bercerita lelucon-lelucon dan kisah-kisah menarik untuk menyembuhkan rasa bosanmu. Kau selalu menatap layar komputer, dan hal itu tidak baik bagi matamu, aku harus memelihara mataku supaya saat kita tua, aku dapat membantumu menggunting kuku dan membantumu mencabut rambut-rambut putih yang menjengkelkan. Juga supaya aku dapat menggandeng tanganmu ketika berjalan menyusuri pantai, sambil menikmati sinar mentari dan pasir yang indah... Dan memberitahumu warna bunga-bunga yang berseri seperti wajah mudamu... Demikian, sayangku, kecuali aku yakin bahwa ada seseorang yang dapat mencintaimu lebih dari aku... Aku tidak akan memetik bunga itu, dan mati..."

Air mataku jatuh menetes di atas kertas, memudarkan tinta tulisan tangannya... dan saat saya meneruskan membaca... "Sekarang, setelah kau selesai membaca jawabanku, jika kau puas, tolong bukakan pintu depan karena aku sedang berdiri di sana sambil membawa roti dan susu segar kesukaanmu... Saya berlari membuka pintu depan, dan melihat wajahnya yang penasaran, dengan kedua tangannya mencengkram sebotol susu dan sepotong roti...

Sekarang saya sangat yakin bahwa tidak akan ada orang lain yang mencintai saya seperti dia, dan saya memutuskan untuk tidak memetik dan membiarkan bunga bunga itu di tebing...

Sumber : http://academictips.org/blogs/great-marriage-story/

Itulah hidup dan cinta. Ketika seseorang diselimuti cinta, perasaan yang meluap mulai memudar, dan seseorang cenderung untuk mengacuhkan cinta sejati yang justru menjadi dasar dari perasaan yang ada.

Cinta hadir dalam berbagai bentuk, kecil maupun besar; cinta tidak pernah hadir dalam sebuah model tertentu, ia bisa menjadi bentuk yang paling membosankan... Bunga-bunga, dan momen-momen romantis hanya digunakan dan muncul di permukaan dari sebuah hubungan. Dasar dari semua ini, sebuah pilar cinta sejati berdiri... dan itulah hidup kita... Cinta, bukan kata-kata yang mengatasi segalanya...