Rabu, 20 April 2011

Kisah Tentang Ayah, Anak, Kakek dan Cucu...

Suatu hari hidup seorang pria yang membesarkan anaknya seorang diri. Sang ibu meninggal saat melahirkan anak itu dan sang ayah mengajarkan anaknya segala hal yang dia ketahui. Anak ini bertumbuh dewasa dan tiba saatnya dia pergi ke desa terdekat untuk menemukan jodohnya. Berbulan-bulan berlalu dan anak muda ini kembali ke rumahnya dengan membawa seorang wanita sebagai istrinya. Mereka hidup bersama-sama di rumah ayah sang pemuda itu.

Tak lama kemudian mereka memiliki seorang anak. Ayah sang pemuda itu yang kini juga telah menjadi seorang kakek mulai mengajarkan cucunya segala hal yang dia ketahui, mengenai menghargai hutan, binatang-binatang dan kehidupan. Istri sang pemuda mulai merasa lelah tinggal bersama dengan orang tua itu dan berkata kepada suaminya agar orang tua itu keluar dari rumah.

Sang pemuda berkata "Aku tidak bisa, ini rumah ayahku dan dia membangunnya untuk kita semua." Namun istrinya menjawab "Jika kau tidak membuatnya pergi maka aku akan membawa anakku untuk pergi dari sini." Setelah berpikir sang pemuda pun setuju untuk mengusir ayahnya dan berkata kepada anaknya "Anakku, besok ayah ingin kau membawa kakek pergi dan meninggalkannya. Berikan padanya selimut ini." Anak kecil itupun menangis "Mengapa ayah melakukan ini? Kakek telah banyak mengajarkan hal-hal yang tidak saya ketahui. Kenapa aku harus melakukan hal ini padanya?" Sang ayahpun menjawab "Nak, ikuti saja permintaan ayahmu ini." Dengan demikian keesokan paginya sang pemuda itu pergi berburu ke Utara dan sang cucu mengajak kakeknya pergi sejauh mungkin ke arah Selatan.

Ketika malam tiba sang cucu terduduk di tempat tidurnya sambil menangis saat ayahnya pulang. Dia melihat selimut yang tadi masih ada di tempat tidur. "Nak, ayah kan sudah bilang untuk memberikan selimut ini kepada kakek?" "Aku berikan separuh selimut ini kepada kakek. Separuh yang lain akan aku simpan karena suatu hari selimut ini mungkin saja akan aku berikan kepada ayah." Pasangan itu pun kaget, dan mulai berpikir kesalahan bodoh yang telah mereka buat. Akhirnya merekapun pergi untuk menjemput sang kakek untuk kembali tinggal bersama-sama.

Minggu, 17 April 2011

Gemar Menunda?

Archis, hakim kota Thebes di Yunani Kuno, sedang menikmati anggur dengan para perwira setempat. Tiba-tiba, muncul seorang kurir yang membawa surat berisi pemberitahuan bahwa ada persengkongkolan yang hendak menghabisi nyawanya. Maka ia diperingatkan untuk melarikan diri. Archis menerima surat itu. Akan tetapi, alih-alih membukanya, ia memasukkannya ke dalam kantong dan berkata kepada kurir itu, ”Urusan bisnis besok saja.” Keesokan harinya, ia tewas. Sebelum sempat membuka surat itu ia sudah ditangkap, dan ketika ia sempat membacanya - semua sudah terlambat.

Penundaan memang tidak selalu berakibat fatal seperti yang menimpa Archis. Namun, kecenderungan menunda tugas biasanya menunjukkan kurangnya disiplin pribadi dan buruknya pengelolaan waktu.. Bahwa suatu tugas terasa berat, membosankan, atau tak menyenangkan - bukan alasan valid untuk menundanya. Kita justru perlu berkonsentrasi lebih untuk segera menyelesaikannya tepat waktu.

"Jangan menunda besok apa yang patut dilakukan hari ini, karena besok belum tentu Anda punya waktu dan kemampuan untuk melakukannya"