Rabu, 30 September 2009

Ibunda, Kenapa Engkau Menangis?

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa ibu menangis?" Ibunya menjawab, "Sebab ibu adalah seorang wanita, Nak". "Aku tak mengerti," kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti..."

Kemudian anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas." Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan."Ya Tuhan, mengapa wanita mudah sekali menangis?" Dalam mimpinya, Tuhanpun menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat istimewa.

Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia beserta isinya, namun juga harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walaupun seringkali ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.

Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.

Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi apapun dan dalam situasi apapun, walaupun tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?

Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya, walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan."

Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu saat beliau masih hidup. Jadikan diri kita berbakti kepada orang tua, terutama pada Ibu yang berusah payah melahirkan dan membesarkan kita. Jangan tunda lagi, lakukan selagi ada kesempatan...

Selasa, 29 September 2009

Semua Adalah Antara Engkau Dengan Tuhan

Saya pernah membaca sebuah puisi yang sangat indah dan sempat saya simpan di dalam catatan saya, namun saya lupa siapa yang menuliskannya. Dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap sang penulis orisinil, saya mohon ijin untuk membagikan rangkaian kata-kata penuh inspirasi ini agar dapat menjadi berkat bagi banyak orang : 

Orang-orang seringkali tak bernalar, tak logis dan egois.
Meski demikian, maafkanlah mereka.
Bila engkau baik, orang mungkin akan menuduhmu menyembunyikan motif egois.
Meski demikian, tetaplah bersikap baik.
Bila engkau jujur dan berterus terang, orang mungkin akan menipumu.
Meski demikian, tetaplah jujur dan berterus terang.
Bila engkau sukses, mungkin engkau akan mendapat teman-teman palsu dan musuh-musuh sejati.
Meski demikian, tetaplah meraih sukses.
Apa yang engkau bangun sekian lama, mungkin akan dihancurkan seseorang dalam semalam.
Meski demikian, tetaplah membangun.
Bila engkau menemukan ketenangan dan kebahagiaan, orang mungkin akan iri hati dan dengki.
Meski demikian, tetaplah berbahagia dan temukan kedamaian hati.
Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin akan dilupakan orang keesokan harinya.
Meski demikian, tetaplah lakukan kebaikan.
Berikan milikmu yang terbaik pada dunia dan mungkin itu tak akan pernah cukup.
Meski demikian, berikan milikmu yang terbaik pada dunia.

Ketahuilah, pada akhirnya …
Sesungguhnya ini semua adalah masalah antara engkau dengan Tuhan.

Tidak akan pernah menjadi masalah antara engkau dengan mereka.

Senin, 28 September 2009

Solider atau Bodoh?

Saya pernah membaca suatu kisah di forum yang cukup lucu, yang ingin saya bagikan kepada Anda. Sebuah kisah yang bercerita mengenai solidaritas, atau lebih tepatnya mengenai kebodohan. Demikian kisahnya :

Di sebuah proyek pembangunan apartement, ada 3 orang pekerja yang sedang menikmati makan siang mereka.
Pekerja 1 : Yah ampun!!!! Roti isi telor lagi!!! TELOR TELOR TELORRR terussss!!!!! Kalo besok gue masih dibawain roti isi telor lagi, gue bakalan loncat dari gedung atas!!!!!!!!!!!!
Pekerja 2 : NASI UDUK, NASI UDUK, NASI UDUK terus!!!!!!!!!!! Bisa gila nih gue!!!! Kalo besok masih nasi uduk, gue bakalan bunuh diri!
Pekerja 3 : ROTI SELAI KACANG??????? Tiappppp hari gue makan roti selei kacang!!! Kalo besok masih selei kacang juga gue bakalan ikutan loncat bareng elu berdua!!!!

Keesokan harinya, si pekerja pertama diberi bekal roti isi telor lagi oleh istrinya, tukang kedua membawa nasi uduk lagi, dan tukang ketiga juga membawa roti selai kacang lagi. Akhirnya mereka bertigapun loncat dari gedung!!!!

Di pemakaman, ketiga istri pekerja-pekerja itu sedih sekali, sambil berkata :
Istri 1 : Kalau saja saya tahu dia tidak mau makan roti isi telur, pasti sudah saya buatkan bekal yang lain....
Istri 2 : Kalau saja dia bilang dia bosan dengan nasi uduk, pasti tidak seperti ini jadinya........
Istri 3 : Saya bingung kenapa suami saya bunuh diri, dia selalu bikin bekalnya sendiri......

Kisah yang menggelitik, tapi membuka wawasan saya. Solidaritas itu adalah hal yang bagus, tetapi waspadalah pada suatu titik solidaritas dapat berubah menjadi suatu kebodohan. God bless you, hope this joke can inspire you all...

Minggu, 27 September 2009

You Don't Know What You've Got Until You Lose Them...

Hari ini saya mau berbagi suatu cerita yang pernah saya baca dari suatu forum. Cerita sederhana, tapi sangat menginspirasi kita untuk lebih menghargai orang-orang terdekat kita.

MAAFKAN IBU TELAH MEMBENTAKMU

Saya menabrak seorang yang tidak dikenal ketika ia lewat.
"Oh, maafkan saya" adalah reaksi saya.
Ia berkata, "Maafkan saya juga. Saya tidak melihat Anda."
Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat sopan. Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal.

Namun cerita lainnya terjadi di rumah, lihat bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita kasihi, tua dan muda.

Pada hari itu juga, saat saya tengah memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di samping saya. Ketika saya berbalik, hampir saja saya membuatnya jatuh.
"Minggir," kata saya dengan marah.
Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak menyadari betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya.
Ketika saya berbaring di tempat tidur, kata nurani seakan berbicara padaku, "Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi, sepertinya engkau perlakukan dengan sewenang-wenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan beberapa kuntum bunga dekat pintu."
"Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu; merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu."
Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes. Saya pelan-pelan pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, "Bangun, nak, bangun," kataku.

"Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku?"
Ia tersenyum, "Aku menemukannya jatuh dari pohon."
"Aku mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru."
Aku berkata, "Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah kasar padamu; Ibu seharusnya tidak membentakmu seperti tadi."
Si kecilku berkata, "Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu."
Aku pun membalas, "Anakku, aku mencintaimu juga, dan aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang biru."

Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok, perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka.

Mari kita renungkan, kita melibatkan diri lebih dalam kepada pekerjaan kita ketimbang keluarga kita sendiri, suatu tindakan yang kurang bijaksana, bukan?

Jadi apakah anda telah memahami apa tujuan cerita di atas? Apakah anda tahu apa arti kata KELUARGA? Dalam bahasa Inggris, KELUARGA = FAMILY.

FAMILY = (F)ATHER (A)ND (M)OTHER, (I), (L)OVE,(Y)OU

Jangan biarkan kasih sayang kita terhadap suami/istri, juga anak-anak kita terkikis...tumbuhkanlah kasih dan perbanyaklah waktu untuk keluarga kita...

Apakah Anda Seorang Pengecut?

Semua orang pasti tak suka dijuluki seorang pengecut, khususnya para lelaki. Tapi pada kenyataanya hampir semua orang memang berjiwa pengecut. Atas dasar apa saya bisa berkata seperti ini?

Saya teringat masa-masa saya bersekolah dulu, bahkan mungkin sekarang pun masih terjadi. Saat itu banyak pelajar yang suka sekali dengan kegiatan yang namanya "tawuran." Tidak hanya pelajar STM dan SMA, tapi juga pelajar SMP dan bahkan tidak jarang pelajar SD yang terlibat dalam perkelahian antar pelajar ini. Saat menonton pertandingan sepakbola, saya juga sering melihat "tawuran" antar supporter. Semua orang merasa kuat dengan adanya komunitas seperti ini. Mengatasnamakan komunitas dengan berkostum seragam yang sama mereka merasa sangat kuat dan berkuasa.

Inilah sifat ke-pengecut-an yang sering pula kita lihat juga pada manusia-manusia yang "berseragam." Banyak orang saat ini mengatasnamakan lembaga, golongan, komunitas dan lain sebagainya yang menyatakan kumpulannya. Orang-orang ini selalu berlindung di balik "seragam" yang dikenakannya, padahal orang-orang ini lebih mementingkan kepuasan, ego, dan kepentingannya sendiri. Tidak sedikitpun yang diperjuangkan adalah demi kepentingan lembaga, golongan atau komunitasnya. Memang sudah jadi sifat alami manusia yang tidak bisa berdiri teguh di atas kakinya sendiri. Hampir semua orang membutuhkan dukungan dan gentar menghadapi masalah seorang diri.

Apakah ada orang yang sungguh-sungguh berani menghadapi masalah dan tekanan seorang diri, berdiri sendiri di atas kakinya sendiri tanpa mengatasnamakan lembaga, golongan, komunitas atau apapun namanya itu? Ini yang saya sebut sebagai sikap seorang pengecut, berani hanya saat bersama-sama dengan rombongannya, bukan menghadapinya dengan tegar secara jantan seorang diri.

Apakah kita melakukan hal yang benar dengan mencari dukungan dari sesama kita? Dengan mengenakan "seragam" yang sama apakah benar kita memiliki "power" untuk menindas dan berlaku semena-mena, demi kepuasan kita pribadi? Sungguh memalukan dan memilukan melihat sikap pribadi-pribadi yang hanya berani bersembunyi dibalik rombongannya.

Jadi bagaimana kita memperoleh kekuatan untuk bersikap jantan? Apakah benar dengan mencari dukungan manusia dan komunitasnya? Menurut pengamatan saya kemampuan manusia ada batasnya. Sejarah telah membuktikan bahkan kekuasaan seseorang tidaklah absolut. Selalu ada masa-masa kejatuhan dibalik kekuasaan suatu komunitas. Carilah dukungan dan kekuatan bukan dari manusia, sebab hanya Tuhan yang sanggup memampukan kita untuk menghadapi masalah dan tekanan hidup ini di atas kaki kita sendiri. Bersandar kepadaNya, kita akan memiliki sikap gentlemen, karena dengan demikian kita yakin tak ada masalah yang tak dapat diselesaikan dengan bantuanNya. Jadilah insan yang jantan, tidak bersembunyi dibalik kerumunan orang, tapi teguh berdiri dengan kekuatanNya dalam menghadapi masalah dan cobaan. Jangan jadikan orang-orang di "komunitas" Anda sebagai perisai untuk kepentingan Anda.

Apakah Anda seorang pengecut? Hanya Anda sendiri yang tahu jawabannya...

Sabtu, 26 September 2009

Anak Yang Bijak

Suatu hari, ayah dari suatu keluarga yang sangat sejahtera membawa anaknya bepergian ke suatu negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian, dengan maksud untuk menunjukkan bagaimana kehidupan orang-orang yang miskin.

Mereka menghabiskan waktu berhari-hari di sebuah tanah pertanian milik keluarga yang terlihat sangat miskin. Sepulang dari perjalanan tersebut, sang ayah bertanya kepada anaknya, "Bagaimana perjalanan tadi?" "Sungguh luar biasa, Pa." "Kamu lihat kan bagaimana kehidupan mereka yang miskin?" tanya sang ayah. "Iya, Pa," jawabnya. "Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan ini?" tanya ayahnya lagi.

Si anak menjawab, "Saya melihat kenyataan bahwa kita mempunyai seekor anjing sedangkan mereka memiliki empat ekor.

Kita punya sebuah kolam yang panjangnya hanya sampai ke tengah-tengah taman, sedangkan mereka memiliki sungai kecil yang tak terhingga panjangnya.

Kita memasang lampu taman yang dibeli dari luar negeri dan mereka memiliki bintang-bintang di langit untuk menerangi taman mereka.

Beranda rumah kita begitu lebar mencapai halaman depan dan milik mereka seluas horison.

Kita tinggal dan hidup di tanah yang sempit sedangkan mereka mempunyai tanah sejauh mata memandang.

Kita memiliki pelayan yang melayani setiap kebutuhan kita tetapi mereka melayani diri mereka sendiri.

Kita membeli makanan yang akan kita makan, tetapi mereka menanam sendiri.

Kita mempunyai dinding indah yang melindungi diri kita dan mereka memiliki teman-teman untuk menjaga kehidupan mereka.

Dengan cerita tersebut, sang ayah tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian si anak menambahkan, "Terima kasih, Pa, akhirnya aku tahu betapa miskinnya diri kita."

Terlalu sering kita melupakan apa yang kita miliki dan hanya berkonsentrasi terhadap apa yang tidak kita miliki. Kadang kekurangan yang dimiliki seseorang merupakan anugerah bagi orang lain.

Semua berdasar pada perspektif setiap pribadi. Pikirkanlah apa yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan atas anugerah yang telah disediakan oleh-Nya bagi kita, daripada kuatir untuk meminta lebih lagi.

Jumat, 25 September 2009

Kebohongan Seorang Ibu

Karena kasihnya kepada sang anak, banyak ibu melakukan “kebohongan”, seperti yang dikisahkan seseorang berikut ini : Ketika penghasilan keluarga kami kurang memadai dan seringkali kami kekurangan makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku, sambil berkata: "Makanlah nak, aku tidak lapar" – itu kebohongan ibu yang pertama.

Saat aku bersekolah, aku melihat seringkali ibu bekerja keras hingga larut malam. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, sudah malam.” Ibu tersenyum dan berkata, "Kamu tidur duluan nak, aku belum capek" – itu kebohongan ibu yang kedua.

Setelah ayah meninggal karena sakit, ibu harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Melihat kondisi itu, tetangga seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu berkata: "Saya tidak butuh cinta" – itu kebohongan ibu ke tiga.

Setelah kakakku tamat kuliah dan bekerja di luar kota, ibu sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, setiap pagi ia berjualan sayur di pasar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu tidak mau menerima uang tersebut, sambil berkata: "Aku punya uang, kamu pakai saja uang itu" – itu kebohongan ibu ke empat.

Pada saat ibu sakit kanker dan dimakan usia maka ia harus dirawat di rumah sakit. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan" – itu kebohongan ibu kelima.

Setelah itu, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Sahabat, membaca kisah di atas, saya yakin Anda sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan, ”Terima kasih ibu!" Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

BELAJARLAH MEMBALAS BUDI ORANGTUA SELAGI MASIH ADA KESEMPATAN.

Kamis, 24 September 2009

Jika Jasa Dilupakan...

Petuah China mengatakan, “Jika engkau menerima sesuatu dari orang lain, tulislah itu pada batu. Tetapi jika engkau memberi sesuatu kepada orang lain, tulislah itu di atas pasir.” Yang di batu akan terukir, yang di pasir akan terhapus. Ungkapan ini mengajar kita seni “mengingat” sekaligus seni “melupakan”. Mengingat budi baik orang lain dan melupakan kebaikan diri sendiri.

Anda sedang jengkel, sedih, atau kecewa karena jasa Anda dilupakan? Anda sedang geleng-geleng kepala menatap orang yang tak tahu berterima kasih atas budi baik Anda? Anda sedang bertekad untuk berhenti berbuat baik karena nyatanya percuma saja? Urungkan niat Anda! Hal itu akan menghambat pertumbuhan iman Anda. Pandanglah Tuhan dan belajarlah kepada-Nya untuk “melupakan” jasa-jasa kita. Sebaliknya, jangan pernah lupakan kebaikan Tuhan kepada Anda.

Rabu, 23 September 2009

Yang Manakah Anda?

Seorang anak mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia lelah berjuang. Setiap salah satu persoalan terpecahkan, persoalan lain muncul. Ayahnya, seorang juru masak, tersenyum dan membawa anak perempuannya ke dapur. Ia lalu mengambil tiga buah panci. Mengisinya masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala. Beberapa saat kemudian air dalam panci-panci itupun mendidih. Pada panci yang pertama, ia memasukkan wortel. Panci yang kedua dimasukkan telur. Dan pada panci ketiga ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk. Ia membiarkan masing-masing mendidih.

Selama itu ia terdiam seribu bahasa. Sang anak mulai tak sabar menunggu dan heran dengan apa yg dilakukan oleh ayahnya. Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api. Lalu ia mengeluarkan wortel dari dalam panci dan meletakkannya pada sebuah piring. Kemudian ia mengambil telur dan meletakkannya pada piring yang sama. Terakhir ia menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga. Ia lalu menoleh kepada anaknya dan berkata, “Apa yang kaulihat, Nak”

"Wortel, telur, dan kopi,” jawab sang anak. Ia membimbing anaknya mendekat dan memintanya untuk memegang wortel. Anak itu melakukan apa yg diminta dan mengatakan wortel itu terasa lunak. Setelah telur itu dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan bahwa telur rebus itu kini terasa keras. Kemudian sang anak meminta anak itu mencicipi kopi. Sang anak tersenyum saat mencicipi aroma kopi yg sedap itu.

“Apa maksud semua ini, Ayah ?” tanya sang anak.

Sang ayah menjelaskan bahwa setiap kali benda tadi telah mengalami hal yg sama, yaitu direbus dalam air mendidih, tetapi setelah perebusan itu mereka berubah menjadi sesuatu yg berbeda-beda. Wortel yang semula kuat dan keras, setelah direbus dalam air mendidih berubah menjadi lunak dan lemah. Sedangkan telur sebaliknya, yang semula mudah pecah, kini setelah direbus menjadi keras dan kokoh. Sedangkan biji kopi tumbuh berubah menjadi sangat unik. Biji kopi, setelah direbus malah mengubah air yang merebusnya itu.

“Maka, yang manakah dirimu?” tanya sang ayah pada anaknya.

“Di saat kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yg terjadi pada dirimu? Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi?”

Selasa, 22 September 2009

Jadilah Pelita

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak berkata: "Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok." Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu." Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut.

Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu. Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!" Si buta tertegun.. Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta." Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya." Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing. Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama." Senyap sejenak. secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya.," sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan. Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini, "Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka."

Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan.

Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang", ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.

Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun mereka bisa melihat.

Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.

Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.

Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.

Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita. Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.

Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Pikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.

Senin, 21 September 2009

Kisah Seekor Beruang dan Dua Pengelana

Saya pernah membaca sebuah kisah mengenai persahabatan dan arti kesetiakawanan. Lebih kurang begini ceritanya :

Ada dua orang berkelana bersama, dan suatu ketika mendadak mereka dihadang oleh seekor beruang. Seorang dari mereka dengan cepat memanjat pohon dan bersembunyi dibalik ranting. Yang satunya lagi langsung jatuh di tanah, pura-pura mati. Sang beruang menghampirinya, dan mulai mengendus2 dirinya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, maka orang yang di tanah itu pun menahan napasnya agar si beruang mengira bahwa dia sudah benar-benar mati. Sang beruang pun akhirnya pergi meninggalkannya. Dan ketika beruang itu sudah benar-benar jauh, pengelana yang ada di atas pohon itu turun, dan bertanya kepada pengelana yang satu lagi, apa yang dibisikan beruang itu kepadanya. Pengelana yang pura-pura mati itu berkata "Sang beruang memberiku satu nasihat, Jangan pernah bepergian dengan seorang teman yang meninggalkanmu saat bahaya menghampirimu."

Sebuah kisah yang cukup menggelitik, tapi sangat mendalam. Ingatlah sahabatmu tidak hanya dalam masa-masa senang, tapi juga dalam masa-masa susah, terlebih lagi saat dia menghadapi bahaya. God Bless You all...

Minggu, 20 September 2009

Perangkap Tikus

Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak "Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus...."

Ia mendatangi ayam dan berteriak: "Ada perangkat tikus."Sang Ayam berkata "Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata "Aku turut bersimpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan"

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. "Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"

Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata "Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku."

Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.

Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan.

Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. (kita semua tau,sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya.

Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.

Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.

Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

SUATU HARI..KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA ... PIKIRKANLAH SEKALI LAGI.

Sabtu, 19 September 2009

Kreatif dan Positif...

Seorang anak laki2 tunanetra duduk di tangga sebuah bangunan dengan sebuah topi terletak di dekat kakinya. Ia mengangkat sebuah papan yang bertuliskan: "Saya buta, tolong saya." Hanya ada beberapa keping uang di dalam topi itu. Seorang pria berjalan melewati tempat anak ini. Ia mengambil beberapa keping uang dari sakunya dan menjatuhkannya ke dalam topi itu. Lalu ia mengambil papan, membaliknya dan menulis beberapa kata. Pria ini menaruh papan itu kembali sehingga orang yang lalu lalang dapat melihat apa yang ia baru tulis.

Segera sesudahnya, topi itu pun terisi penuh. Semakin banyak orang memberi uang ke anak tuna netra ini. Sore itu pria yang telah mengubah kata-kata di papan tersebut datang untuk melihat perkembangan yang terjadi. Anak ini mengenali langkah kakinya dan bertanya, 'Apakah bapak yang telah mengubah tulisan di papanku tadi pagi? Apa yang bapak tulis?' Pria itu berkata,"'Saya hanya menuliskan sebuah kebenaran. Saya menyampaikan apa yang kamu telah tulis dengan cara yang berbeda." Apa yang ia telah tulis adalah: "Hari ini adalah hari yang indah dan saya tidak bisa melihatnya". Bukankah tulisan yang pertama dengan yang kedua sebenarnya sama saja? Tentu arti kedua tulisan itu sama, yaitu bahwa anak itu buta.Tetapi, tulisan yang pertama hanya mengatakan bahwa anak itu buta. Sedangkan, tulisan yang kedua mengatakan kepada orang-orang bahwa mereka sangatlah beruntung bahwa mereka dapat melihat. Apakah kita perlu terkejut melihat tulisan yang kedua lebih efektif?

Moral dari cerita ini :
Bersyukurlah untuk segala yang kau miliki. Jadilah kreatif. Jadilah innovatif. Berpikirlah dari sudut pandang yang berbeda dan positif. Ajaklah orang-orang lain menuju hal-hal yang baik. Jalani hidup ini tanpa dalih dan mengasihi tanpa rasa sesal.

Ketika hidup memberi engkau 100 alasan untuk menangis, tunjukkan pada hidup bahwa engkau memiliki 1000 alasan untuk tersenyum.

Hal yang terindah adalah melihat seseorang tersenyum... Tapi yang terlebih indah adalah mengetahui bahwa engkau adalah alasan di belakangnya!!

Source : Rayan IYEC.

Jumat, 18 September 2009

Gaji Papa Berapa?

Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama. "Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya. Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?" "Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?" "Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat. "Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?" Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya. "Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya. "Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew. Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Sarah kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak?" "Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah". "Tapi Papa..." Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp. 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew. "Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut. "Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp. 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos. Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.

Hope the story can remind you to always invest in what matters as well.

Kamis, 17 September 2009

Arloji dan Serbuk Kayu

(Tahukah anda bahwa problema yang kita hadapi akan berkurang seperempat hanya dengan membiarkan diri duduk secara tenang?)

Seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu. Teman-teman karyawan yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan.

Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut. Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Kini cuman dia seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.
'Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini?' Tanya si tukang kayu.

'Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi 'tok-tak, tok-tak'. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada.' Anak itu menjawab. Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam 'kegaduhan'. Bila anda ingin berdoa, masuklah ke dalam kamar dan tutuplah pintunya.

Segala kesibukan dan acara terutama di jaman informasi seperti ini memang gampang membuat kita terbawa suasana. Kita terlalu banyak bicara dan kurang mendengar, terlalu banyak bergerak dan kurang mengamati. Let's take small breaks time to time to listen.

Rabu, 16 September 2009

Sebelum dan Sesudah Menikah... (Just a joke, don't take it too seriously)

Sebelum Menikah:

Cowok : Akhirnya, aku sudah menunggu saat ini tiba sejak lama.

Cewek : Apakah kau rela kalau aku pergi?

Cowok : Tentu Tidak!!! Jangan pernah kau berpikiran seperti itu.

Cewek : Apakah Kau mencintaiku?

Cowok : Tentu!!! Selamanya akan tetap begitu.

Cewek : Apakah kau pernah selingkuh?

Cowok : Tidak!!! Aku tak akan pernah melakukan hal buruk itu.

Cewek : Maukah kau menciumku?

Cowok : Ya.

Cewek : Sayangku…


Sesudah Menikah 20 tahun …


TINGGAL BACA DARI BAWAH KE ATAS

Selasa, 15 September 2009

Semua Terjadi Karena Suatu Alasan by Frank Slazak

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa.Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.

Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru! Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington . Tiap hari aku berlari ke kotak pos.

Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabul. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.

Selama beberapa minggu berikut, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center.

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ? ...Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa.

Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah.Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi.

Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? ... Kenapa bukan aku? ... Bagian diriku yang mana yang kurang? ... Mengapa aku diperlakukan kejam? ...

Aku berpaling pada ayahku. Katanya, "Semua terjadi karena suatu alasan."

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku?. Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang.

Aku teringat kata-kata ayahku, "Semua terjadi karena suatu alasan." Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang.

Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara :

1. Apabila Tuhan mengatakan YA; maka kita akan MENDAPATKAN APA YANG KITA MINTA.
2. Apabila Tuhan mengatakan TIDAK; maka kita akan mendapatkan yang LEBIH BAIK.
3. Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU; maka kita akan mendapatkan yang TERBAIK sesuai dengan kehendak-NYA.

Tuhan tidak pernah terlambat, DIA juga tidak tergesa-gesa namun DIA tepat waktu...

Semoga bisa menjadi inspirasi buat kita semua dan orang sekitar kita. Selamat berkarya, dan jangan lupa berdoa senantiasa.

Senin, 14 September 2009

Rahasia Umur Manusia... (sekedar joke, jgn ditanggapi serius)

Di awal zaman, Tuhan menciptakan seekor sapi. Tuhan berkata kepada sang sapi : Hari ini kuciptakan kau sebagai sapi, engkau harus pergi ke padang rumput. Kau harus bekerja dibawah terik matahari sepanjang hari. Kutetapkan umurmu sekitar 50 tahun. Sang Sapi keberatan. Kehidupanku akan sangat berat selama 50 tahun. Kiranya 20 tahun cukuplah buatku. Kukembalikan kepadamu yang 30 tahun. Maka setujulah Tuhan.

Di hari kedua, Tuhan menciptakan monyet. Hai monyet, hiburlah manusia. Aku berikan kau umur 20 tahun. Sang monyet menjawab "Apa? Menghibur mereka dan membuat mereka tertawa? 10 tahun cukuplah. Kukembalikan 10 tahun padamu" Maka setujulah Tuhan.

Di hari ketiga, Tuhan menciptakan anjing. Apa yang harus kau lakukan adalah menjaga pintu rumah majikanmu. Setiap orang mendekat kau harus menggongongnya. Untuk itu kuberikan hidupmu selama 20 tahun. Sang anjing menolak : "Menjaga pintu sepanjang hari selama 20 tahun ? Terima kasih! Kukembalikan 10 tahun padamu". Maka setujulah Tuhan.

Di hari keempat, Tuhan menciptakan manusia. Sabda Tuhan: "Tugasmu adalah makan, tidur, dan bersenang-senang. Inilah kehidupan. Kau akan menikmatinya. Akan kuberikan engkau umur sepanjang 25 tahun! Sang manusia keberatan, katanya "Menikmati kehidupan selama 25 tahun? Itu terlalu pendek Tuhan! Let's make a deal. Karena sapi mengembalikan 30 tahun usianya, lalu anjing mengembalikan 10 tahun, dan monyet mengembalikan 10 tahun usianya padamu, berikanlah semuanya itu padaku. Semua itu akan menambah masa hidupku menjadi 75 tahun. Setuju ?" Maka setujulah Tuhan.

AKIBATNYA...

Pada 25 tahun pertama kehidupan sebagai manusia dijalankan, kita makan, tidur dan bersenang-senang. 30 tahun berikutnya menjalankan kehidupan layaknya seekor sapi kita harus bekerja keras sepanjang hari untuk menopang keluarga kita. 10 tahun kemudian kita menghibur dan membuat cucu kita tertawa dengan berperan sebagai monyet yang menghibur.

Dan 10 tahun berikutnya kita tinggal dirumah, duduk didepan pintu, dan menggonggong kepada orang yang lewat (Uhuk, uhuk... batuk)...

Minggu, 13 September 2009

How Much Is The Cost Of Miracle?

Mungkin anda pernah mendengar kisah ini, tapi ketika saya membaca apa yang dilakukan seorang gadis kecil ini saya sangat terharu.

Inilah kisah tentang Tess yang menakjubkan. Tess adalah seorang gadis delapan tahun yang cerdas. Pada suatu hari ia mendengar ayah dan ibunya berbicara serius tentang adiknya, Andrew. Tess tidak mengerti apa yang mereka katakan, namun ia tahu satu hal: adiknya, Andrew, sangat sangat sakit dan mereka tidak punya uang. Mereka akan terpaksa menjual rumah itu dan pindah ke ruang apartemen yang lebih kecil karena ayah dan ibunya tidak cukup punya uang untuk membayar dokter dan biaya pengobatan adiknya. Selain itu hanya dengan pembedahan yang biayanya sangat mahal dapat menyelamatkan Andrew sekarang ini, dan tak ada seorangpun yang dapat meminjamkan uang kepada mereka. Pada waktu itu Tess mendengar, “Hanya mukjizat yang dapat menolong Andrew saat ini.”

Tess berlari ke kamarnya, mengambil sebuah toples jelly dari tempat persembunyiannya. Ia mengeluarkan semua uang recehan dari dalam toples itu dan menggelarnya di lantai dan menghitungnya dengan teliti. Ia memasukkan kembali uang recehan itu ke toples dan membawanya ke luar, ke Apotik Rexall, enam blok jauhnya dari rumahnya.

Petugas apotik sedang berbicara dengan seorang pria dengan serius dan tidak memperhatikan Tess yang masuk ke sana . Tess menanti dengan sabar dan berdehem agak keras untuk menarik perhatiannya, tapi rupanya belum berhasil, petugas apotik tidak melihatnya.

Akhirnya Tess dapat menarik perhatian petugas itu ketika ia meletakkan toples jelly di atas lemari kaca apotik. Petugas itu melihat kepadanya dan berkata, “Tunggu sebentar ya. Saya sedang berbicara dengan saudara saya dari Chicago yang sudah lama tidak ketemu.”

“Baiklah,” kata Tess, “saya ingin membicarakan adik saya. Ia sangat, sangat sakit dan saya ingin beli “mukjizat”. Namanya Andrew dan di kepalanya ada sesuatu yang membuatnya sakit dan ayah saya bilang bahwa hanya mukjizat yang dapat menyelamatkan adik saya sekarang. Jadi, berapa harga sebutir ‘mukjizat’? Saya bawa uang untuk membelinya. Itulah semua uang yang saya tabung selama ini. Kalau itu tidak cukup, saya akan cari uang lagi. Berapa sih harga sebutir ‘mukjizat’?”

Saudara petugas apotik itu adalah seorang yang berpenampilan sangat parlente. Ia jongkok menghadapi Tess dan bertanya,”Mukjizat macam apa yang dibutuhkan adikmu?” “Aku tak tahu pasti,” jawab Tess dengan mata kebingungan. “Saya hanya tahu ia sangat kesakitan dan ibu saya bilang ia perlu dioperasi. Tetapi orang tua saya tidak punya uang, maka saya akan pakai uang saya.”

“Berapa yang kamu punya?” tanya pria dari Chicago itu.
“Saya punya uang satu dollar sebelas sen!” kata Tess dengan bangga. “Itulah semua yang saya punya, tetapi saya akan dapatkan lagi kalau saya perlu.”
“Wah, kamu beruntung sekali,” kata pria itu sambil tersenyum. “Satu dollar sebelas sen itu pas sekali untuk membeli ‘mukjizat’ bagi adikmu.”

Pria itu menerima uang dari Tess dan menggandeng lengan anak itu sambil berkata, “Antarkan saya ke rumahmu. Saya ingin melihat adikmu dan bertemu orang tuamu. Ayo kita lihat, apakah saya punya jenis mukjizat yang kamu butuhkan.”

Pria dari Chicago itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah otak. Operasi di kepala Andrew berhasil dilaksanakan tanpa biaya dan tidak berapa lama kemudian Andrew pulang kembali ke rumah. Ibu Tess sangat berterima kasih. “Pembedahan itu,” kata ibunya,”benar-benar mukjizat yang nyata.” Dan ia kemudian berkata, ”Saya tak tahu berapa nilai mukjizat itu!”

Tess tersenyum. Ia tahu dengan persis berapa harga mukjizat itu: satu dollar sebelas sen, ditambah dengan belas kasih seorang dokter spesialis terkenal, ditambah kasih seorang kakak perempuan. Orang bisa bilang,”Ah, cuma satu dollar sebelas sen”. Tapi itulah semua uang yang Tess miliki. Ia memberikan semua uangnya demi menyelamatkan nyawa adiknya, dan itulah pemberian luar biasa.

Never stop believing and never stop trying. God bless us all.

Sabtu, 12 September 2009

Kemampuan Tanpa Batas...

Kisah mengenai kutu dan kotak korek api

Kutu anjing adalah binatang yang mampu melompat 300 kali tinggi tubuhnya.

Namun, apa yang terjadi bila ia dimasukan ke dalam sebuah kotak korek api kosong lalu dibiarkan disana selama satu hingga dua minggu?

Hasilnya, kutu itu sekarang hanya mampu melompat setinggi kotak korek api saja!

Kemampuannya melompat 300 kali tinggi tubuhnya tiba-tiba hilang.

Ini yang terjadi. Ketika kutu itu berada di dalam kotak korek api ia mencoba melompat tinggi. Tapi ia terbentur dinding kotak korek api. Ia mencoba lagi dan terbentur lagi. Terus begitu sehingga ia mulai ragu akan kemampuannya sendiri.

Ia mulai berpikir, "Sepertinya kemampuan saya melompat memang hanya segini." Kemudian loncatannya disesuaikan dengan tinggi kotak korek api. Aman. Dia tidak membentur. Saat itulah dia menjadi sangat yakin, "Nah benar kan ? Kemampuan saya memang cuma segini. Inilah saya!"

Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih terus merasa bahwa batas kemampuan lompatnya hanya setinggi kotak korek api. Sang kutu pun hidup seperti itu hingga akhir hayat. Kemampuan yang sesungguhnya tidak tampak. Kehidupannya telah dibatasi oleh lingkungannya.

Sesungguhnya di dalam diri kita juga banyak kotak korek api. Misalnya anda memiliki atasan yang tidak memiliki kepemimpinan memadai. Dia tipe orang yang selalu takut tersaingi bawahannya, sehingga dia sengaja menghambat perkembangan karir kita. Ketika anda mencoba melompat tinggi, dia tidak pernah memuji, bahkan justru tersinggung. Dia adalah contoh kotak korek api yang bisa mengkerdilkan anda.

Teman kerja juga bisa jadi kotak korek api. Coba ingat, ketika dia bicara begini, "Ngapain sih kamu kerja keras seperti itu, kamu nggak bakalan dipromosikan, kok." Ingat! Mereka adalah kotak korek api. Mereka bisa menghambat perkembangan potensi diri Anda.

Korek api juga bisa berbentuk kondisi tubuh yang kurang sempurna, tingkat pendidikan yang rendah, kemiskinan, usia dan lain sebagianya. Bila semua itu menjadi kotak korek api maka akan menghambat prestasi dan kemampuan anda yang sesungguhnya tidak tercermin dalam aktivitas sehari-hari.

Bila potensi anda yang sesungguhnya ingin muncul, anda harus take action untuk menembus kotak korek api itu. Lihatlah Ucok Baba, dengan tinggi tubuh yang di bawah rata-rata ia mampu menjadi presenter di televisi. Andapun pasti kenal Helen Keller. Dengan mata yang buta, tuli dan "gagu" dia mampu lulus dari Harvard University . Bill Gates tidak menyelesaikan pendidikan sarjananya, namun mampu menjadi "raja" komputer. Andre Wongso, tidak menamatkan sekolah dasar namun mampu menjadi motivator nomor satu di Indonesia.

Contoh lain Meneg BUMN, Bapak Sugiharto, yang pernah menjadi seorang pengasong, tukang parkir dan kuli di Pelabuhan. Kemiskinan tidak menghambatnya untuk terus maju. Bahkan sebelum menjadi menteri beliau pernah menjadi eksekutif di salah satu perusahaan ternama.

Begitu pula dengan Nelson Mandela. Ia menjadi presiden Afrika Selatan setelah usianya lewat 65 tahun. Kolonel Sanders sukses membangun jaringan restoran fast food ketika usianya sudah lebih dari 62 tahun.

Nah, bila anda masih terkungkung dengan kotak korek api, pada hakekatnya anda masih terjajah. Orang-orang seperti Ucok Baba, Helen Keller, Andre Wongso, Sugiharto, Bill Gates dan Nelson Mandela adalah orang yang mampu menembus kungkungan kotak korek api. Merekalah contoh sosok orang yang merdeka, sehingga mampu menembus berbagai keterbatasan.

Selamat berkarya, semoga kita semua bisa menangani kotak-kotak pribadi kita sehingga kita bisa tumbuh menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan berkat, karunia dan rencana-Nya.

Jumat, 11 September 2009

Tetaplah Melangkah!

Pernahkah Anda mengalami ketika sedang berada di jalan dan menuju suatu tempat, tiba-tiba hujan turun? Saya pernah mengalaminya. Ketika itu saya sedang mau menuju gereja bersama dengan teman. Oleh karena dari tempat saya turun angkot sampai gereja harus dilalui dengan berjalan kaki, maka kami pun akhirnya berjalan. Namun, di tengah perjalanan dan kami sedang mengobrol, air dari langit mulai turun rintik-rintik mengenai tubuh kami. Memang pada saat itu kami tahu, awan sedang mendung, tetapi kami tidak mengira bahwa hujan turun. Tak berapa lama kemudian hujan semakin deras dan terpaksa kami harus berteduh. Perjalanan kami menuju gereja pun berhenti sementara. Dalam keadaan pakaian sedikit basah, kami berteduh sambil menunggu hujan benar-benar berhenti.

Dan benar, sekitar 30 menit kemudian hujan berhenti. Kami pun melanjutkan perjalanan sampai akhirnya kami tiba juga di gereja. Pengalaman ini begitu membekas dalam hati saya dan setiap mengingatnya kehidupan rohani saya pun semakin bergairah di dalam Tuhan. Dalam kehidupan ini, kita pasti menjumpai masalah demi masalah atau kondisi yang tidak mengenakkan. Seperti halnya hujan tadi yang dapat menghentikan langkah seseorang untuk menuju suatu tempat, masalah pun dapat menghentikan langkah kita. Namun, syukur kepada Allah karena Dia memberikan jalan keluar bagi kita agar bisa melewatinya. Anda tidak perlu berlama-lama disibukkan dengan masalah yang sedang dihadapi saat ini, baik itu masalah di kantor, keluarga, sahabat, atau pasangan Anda sendiri. Allah yang hidup itu dan sekarang tinggal di dalam hati Anda, sudah memberikan jalan keluarnya. Oleh karenanya, tetaplah melangkah dan arahkan pandangan kepada Allah. Jangan biarkan iblis menang dan mengalihkan fokus Anda.

Sumber : www.jawaban.com

Kamis, 10 September 2009

Menyenangkan Semua Orang. Mungkinkah?

Belakangan ini hidup saya banyak sekali terjadi konflik, masalah-masalah yang boleh dibilang sepele, tapi ada aja orang yang membesar-besarkannya sehingga masalahnya jadi kompleks. Kadang saya sendiri berpikir, perlukah hal sepele diributkan sampai sedemikian hebohnya, sehingga melibatkan banyak pihak? Sering saya merenung memikirkan, apakah saya yang salah dalam bertutur kata, atau menghina orang sehingga tersinggung? Tetapi setelah perenungan yang cukup mendalam, saya menemukan beberapa hal baru bahwa bukan hanya karena tutur kata kita saja orang tersinggung, tapi memang beberapa hal seperti iri dan dengki dapat menimbulkan masalah.

Saya pernah membaca suatu artikel mengenai seorang ayah, anak dan seekor keledai. Kira-kira begini isinya :

Suatu hari seorang ayah dan anaknya melintas sebuah kota. Si ayah menunggang keledai, sementara si anak berjalan. Tiba-tiba ditengah jalan, seorang meneriaki mereka. "Hei, dasar ayah tidak tahu diri. Enak-enakan naik keledai sementara anakmu dibiarkan jalan kaki !" Mendengar komentar ini, sang ayah akhirnya bertukar posisi dengan anaknya. Belum lama mereka berjalan, "Dasar anak durhaka, ayah km yg sudah tua disuruh jalan, km yg muda segar malah enak-enakan diatas keledai !". Akhirnya, mereka memutuskan untuk menunggangi keledai itu berdua. Tapi ... "Dasar orang-orang tidak berperikebinatangan, keledai kurus begitu ditunggangi berdua!" begitu komentar orang lain yg melihat. Karena bingung mau apalagi, akhirnya keledai itu mereka angkat berdua. "Dasar orang gila!" kata orang-orang sambil terbahak-bahak.

Dari kisah ini saya dapat satu kesimpulan, apapun yang kita lakukan, sebaik apapun kita, tetap tidak akan dapat memuaskan semua pihak. Selalu ada pihak yang merasa dirugikan dan tidak senang. Kembali kalau mau direnungkan, tidak akan ada habisnya kalau kita mau berbuat sesuatu sampai semua orang puas. Akan selalu ada komentar negatif walaupun kita sudah berbuat sebaik mungkin. Adalah pekerjaan yang mustahil untuk menyenangkan semua orang...