Kamis, 28 Januari 2010

Kebahagiaan Adalah Sebuah Keputusan

Ada sebuah kisah mengenai seorang penjudi yang terjerat hutang sedemikian besar sehingga satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalahnya adalah dengan menikahi anak dari boss mafia yang buruk rupa. Sayangnya, sang penjudi telah menikah. Atas nama persahabatan sejati, seorang teman sang penjudi setuju untuk menikahi anak perempuan yang buruk itu agar dapat membantu sahabatnya. Pada malam pengantin mereka, ketika teman sang penjudi keluar dari kamar mandi untuk menemui istri barunya yang jelek itu, dia tidak menemuinya di sana. Sang wanita buruk itu telah berubah menjadi wanita cantik.

Tanpa sepengetahuan siapapun sebelumnya, sang istri menjelaskan bagaimana sebuah mantra telah diberikan kepadanya. Dia dikutuk untuk menjadi cantik selama dua belas jam dan buruk selama dua belas jam. Sekarang dia memberikan kesempatan kepada suami barunya untuk memilih dua belas jam mana yang akan dilalui dengan tampil cantik - sepanjang siang hari saat dia berada di tempat umum, atau pada malam hari saat mereka berdua.

Jawaban suaminya? "Lakukan apa yang membuatmu bahagia." Coba tebak, respon sang suami tersebut membebaskan perempuan itu dari mantra tersebut dan dia bisa tampil cantik selama dua puluh empat jam penuh dalam sehari.

Sebuah cerita yang bagus bukan? Jika saja kita mengetahui mengenai hal ini dari awal. Tidak perlu berusaha untuk menyenangkan masyarakat, keluarga, teman. Tidak ada perasaan sengsara akibat apa yang diharapkan orang lain dari kita. Lakukanlah hal-hal yang membuat Anda bahagia. Hal ini penting supaya dapat tetap sehat, untuk terus melakukan apa yang membuat kita bahagia. Daripada terjebak dalam situasi untuk membuat orang lain bahagia, kita perlu untuk mengijinkan diri kita sendiri untuk melakukan apa yang membuat kita bahagia.

Untuk sebagian orang, hal ini berarti tinggal di rumah dan membesarkan anak. Untuk sebagian lainnya, hal ini berarti memiliki karir. Beberapa akan memilih pernikahan dengan segala hal di dalamnya yang akan merubah kehidupan seseorang secara drastis; yang lainnya memilih untuk tetap sendiri. Hidup tidak dimaksudkan untuk menjadikan kita individu yang penurut. Hidup kita bukanlah suatu keharusan sebagai suatu hasil dari apa yang orang lain paksakan terhadap kita.

Hidup dimaksudkan untuk bahagia. Hidup dimaksudkan untuk dijalani sepenuh-penuhnya.

Lakukan apa yang membuat ANDA bahagia.

Dikutip dari sebuah artikel oleh Bernie Siegel, MD.

Apakah Anda bahagia? Apakah Anda telah sungguh-sungguh membuat suatu keputusan untuk menjadi bahagia dalam hidup Anda?

Apakah Anda gembira dalam menjalani hidup Anda setiap hari? Apakah Anda bahagia menjalani hidup Anda hari ini, saat ini juga?

Jika tidak, mengapa demikian?

Alangkah indahnya untuk bangun di pagi hari dengan penuh rasa syukur atas kesempatan untuk menjalani hidup yang luar biasa hari ini, dan kemudian keluar untuk menjalaninya.

Anda bisa memiliki dan mengalami itu semua, dan Anda dapat mulai memilikinya sekarang juga, mulai hari ini.

Saya menghabiskan bertahun-tahun masa hidup dewasa saya (belum lagi masa kanak-kanak pertumbuhan saya selama beberapa tahun) dengan mempercayai bahwa saya harus menjalani hidup sesuai dengan aturan seseorang. Saya terkunci dalam sebuah rumus dan pedoman yang memberi tuntutan kepada saya oleh lingkungan (orang tua, sekolah, pemerintah, gereja, dan lain sebagainya.) dimana saya dibesarkan.

Kira-kira intinya seperti ini : dapatkan pendidikan yang baik, dapatkan pekerjaan yang baik, bekerja keras dan tekun, berhemat dan simpan uangmu, tunda melakukan hal-hal yang kamu sukai, hindari mengambil resiko, dan jika kamu beruntung maka kamu akan menikmati hidup di usia senja.

Apakah ini samar- samar terdengar familiar?

Dalam kasus khusus saya, hal-hal ini berjalan dengan baik dan masuk akal. Saya pernah memiliki pendidikan yang baik, sebuah pekerjaan yang baik, mendapat gaji yang lumayan dan pernah mencapai sebuah tingkat kesuksesan dalam hidup saya. Atau setidaknya itu yang terlihat di luar.

Tetapi di dalam batin saya merasa sengsara. Saya terjebak dalam pergumulan untuk hidup dari hari ke hari - secara harafiah memilih untuk menjadikannya sebuah pergumulan tanpa pernah menyadari bahwa itulah yang sedang saya lakukan. Saya berjalan dalam tidur dengan kebosanan dari hari ke hari. Saat itu saya tahu bahwa saya tidak menjalani kehidupan yang saya impikan, kehidupan yang saya cintai.

Sampai suatu hari saya secara sederhana memutuskan bahwa ini adalah waktunya untuk berhenti. Saya memilih untuk bangun.

Akhirnya datang suatu hari ketika saya secara sederhana tidak dapat menanggungnya lagi dan saya membuat sebuah keputusan bahwa ini adalah waktunya untuk berhenti. Saya membuat keputusan untuk mengubah cara saya menjalani hidup dan melompat turun dari treadmill. Saya telah membuat keputusan untuk mengubah hidup saya. Saya telah mengambil keputusan untuk menjalani hidup sesuai dengan definisi saya.

Dampaknya sangat luar biasa. Ratusan kilo beban terangkat dari pundak saya. Saya merasa lega. Saya merasa hidup. Saya merasa terinspirasi. Saya mulai sungguh-sungguh menikmati hidup saya.

Dan sekarang saya menyarankan bahwa Anda dapat memulai hidup sebagaimana yang Anda inginkan - sebuah kehidupan yang Anda cintai - sekarang juga mulai hari ini.

Semua yang dibutuhkan hanyalah untuk Anda membuat keputusan tersebut.

Ya, saya tahu ini kedengarannya sederhana. Namun ini benar, dan di dalam hati Anda juga tahu bahwa ini benar.

Dengan sungguh-sungguh mengambil keputusan tersebut - sebuah keputusan tunggal, sebuah keputusan batiniah - segalanya berubah. Segalanya berubah karena cara pandang Anda berubah.

Bagi saya, keputusan saya mengarahkan saya kepada beberapa tindakan yang sangat eksplisit. Saya berhenti dari pekerjaan saya dan memutuskan untuk membangun usaha saya sendiri dan melakukan hal-hal yang saya sukai, dari rumah. Sejujurnya saya tidak punya bayangan bagaimana semua ini dapat berjalan dan bagaimana saya dapat mencukupi diri saya sendiri, hanya sebuah rasa percaya bahwa hal ini dapat terjadi. Bila melihat kembali ke belakang, Saya yakin sekali hal ini dapat terjadi.

Hal-hal baru dalam hidup saya telah berjalan secara indah. Langit tidaklah runtuh. Dunia tidak kiamat. Begitu banyak perubahan yang terjadi. Saya tidak lagi bergaul dengan orang yang dulu biasa ada di lingkungan kerja saya. Kegiatan saya lebih berfokus pada keluarga dan teman dibandingkan pekerjaan saya. Saya menjalani hidup yang jauh dari tekanan. Saya lebih bergembira. Saya bahagia setiap hari.

Bagaimana dengan Anda? Hal apa yang Anda cintai? Apa yang ingin Anda lakukan dalam hidup? Dapatkah Anda merasakan hal-hal ini memanggil batin Anda?

Jika Anda dapat merasakannya, mulailah mendengarkan dan mengikutinya. Ada satu hal yang tidak dapat dipungkiri kebenarannya : tidak perlu bergumul dalam hidup Anda. Sesuatu menjadi nyata saat Anda mempercayainya. Ini adalah hukum dasar dari alam semesta, hukum daya tarik.

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melepaskan pendapat bahwa Anda tidak berbeda dengan orang lain, atau pendapat bahwa Anda tidak diijinkan untuk menjalani hidup yang Anda inginkan. Lepaskan asumsi yang membuat Anda merasa anda tidak pantas mendapatkan keistimewaan ini. Berhenti me-marginal-kan diri Anda.

Anda berhak untuk bahagia dan menikmati hidup Anda. Ini adalah intisari dalam hidup - untuk mengalami kebahagiaan di dalamnya.

Memang, terkadang ide untuk mengikuti kebahagiaan dapat menjadi sangat menakutkan. Dan rasa takut itu mengarah kepada segala jenis emosi yang liar, namun itu adalah salah satu bagian dalam menjadi manusia. Satu hal yang perlu diingat, ketakutan ada di dalam pikiran Anda. Ini adalah apa yang Anda bayangkan mungkin terjadi. Emosi-emosi liar yang Anda rasakan sebagai ekspresi dari rasa takut Anda tidak mengubah diri Anda.

Dalam bukunya Conversations With God, Neale Donald Walsh mengatakan bahwa manusia memiliki tiga alat penciptaan. Mereka adalah pikiran, kata-kata, dan perbuatan. Adalah pikiran perkataan dan perbuatan Anda yang mendefinisikan diri Anda - karena mereka keseluruhan adalah cerminan diri Anda seutuhnya.

Sekarang muncul suatu pertanyaan baru, Anda ingin jadi siapa?

Carilah kebenaran di dalam diri Anda mengenai siapa yang Anda ingin jadi dan mulailah menjadi orang tersebut sekarang, hari ini juga. Hidupkan kembali gairah dan nikmati hidup Anda. Hal ini jauh lebih mudah dari yang Anda bayangkan. Anda akan terkejut bagaimana mudahnya untuk membuka hal-hal yang disebut "bagaimana", cukup dengan membiarkan insiprasi yang menuntun Anda.

Inspirasi tidak akan pernah menyesatkan Anda. Dengan berfokus pada apa dan siapa yang Anda inginkan, Anda akan terinsipirasi untuk memikirkan pikiran-pikiran baru, berkata-kata dengan kata-kata baru dan melakukan tindakan baru yang menjadikan semua itu menjadi suatu kenyataan. Demikianlah setiap hari Anda semakin mencintai kehidupan yang Anda jalani.

Ini adalah hal yang luar biasa. Ini adalah kebebasan.

Jadi sekarang adalah waktu Anda untuk mulai menjalani langkah dalam menjalani kehidupan yang Anda cintai. Mulailah merintis kehidupan yang Anda inginkan sekarang.

Mulailah dengan membuat sebuah keputusan untuk bahagia dengan hidup Anda sekarang. Mulailah hari ini...

Senin, 25 Januari 2010

Sempurna...

Seorang teman saya dinasihati agar belajar untuk bersikap dewasa. Apa yang ia lakukan? Jika ditanyai berapa umurnya, ia menyebutkan angka yang membuat dirinya dua-tiga tahun lebih tua. Ia juga suka berlagak menasihati teman-teman lain yang sebaya atau malah sebenarnya lebih tua darinya. Pengertian yang keliru menghasilkan tindakan yang keliru. Demikian pula kita yang mungkin juga bingung ketika diperintahkan untuk menjadi semakin hari semakin sempurna. Apakah itu berarti kita harus kebal terhadap kesalahan dan kegagalan?

Sempurna, atau bahasa Yunaninya teleios, berarti dewasa, matang, sudah mencapai tujuan, lengkap, utuh. Kathleen Norris dalam buku Amazing Grace menguraikan arti kesempurnaan secara menarik. Ia menulis, “Kesempurnaan, dalam pengertian kristiani, berarti menjadi cukup dewasa, sehingga kita mampu memberikan diri kita kepada orang lain. Apa pun yang kita miliki, tidak peduli betapa pun kecil tampaknya hal itu, adalah sesuatu yang dapat kita bagikan dengan mereka yang lebih miskin. Kesempurnaan semacam ini menuntut kita untuk menjadi diri kita sepenuhnya sebagaimana ditetapkan oleh Allah : dewasa, matang, utuh, siap menanggung apa saja yang menimpa hidup kita.”

Untuk menjadi sempurna, kita tidak perlu bertingkah aneh seperti teman saya tadi. Tuhan telah meneladankan kesempurnaan dengan memberkati orang yang baik dan juga orang yang jahat. Kita pun dapat menjadi sempurna dengan belajar mengasihi tanpa pandang bulu dan bersikap lebih sabar terhadap orang lain. Kesempurnaan bukanlah keadaan yang tanpa cacat cela, melainkan sikap hati yang rela berbagi dengan siapa saja.

“Live life fully while you're here. Experience everything. Take care of yourself and your friends. Have fun, be crazy, be weird. Go out and screw up! You're going to anyway, so you might as well enjoy the process. Take the opportunity to learn from your mistakes: find the cause of your problem and eliminate it. Don't try to be perfect; just be an excellent example of being human.”
- Anthony Robbins -

Rabu, 13 Januari 2010

Belajar Dari Kesalahan

Saat Anda melakukan sesuatu, ada kemungkinan Anda membuat suatu kesalahan. Bila Anda membuat kesalahan, itu adalah hal yang baik karena Anda berkesempatan untuk belajar sesuatu.

Akui kesalahan Anda, teliti dan pelajari secara mendalam. Jawablah kesalahan Anda tersebut. Kesalahan adalah guru yang luar biasa. Dengan mengenal apa yang salah, Anda dibantu untuk menemukan apa yang benar.

Tom Watson, pendiri IBM, tahu persis nilai sebuah kesalahan.Suatu saat, seorang pegawai membuat kesalahan besar yang merugikan IBM senilai jutaan dollar. Sang pegawai yang dipanggil ke kantor Watson, berkata "Anda pasti menghendaki saya mengundurkan diri." Jawab Watson, "Anda pasti bercanda. Saya baru saja menghabiskan 10 juta dollar untuk mendidik Anda..."

Orang yang berbakat sukses, akan belajar dari apapun yang terjadi, termasuk kesalahan. Bila Anda membuat sebuah kesalahan, hal yang terbaik adalah mengumpulkan kembali keping-keping yang terserak, dan memperhatikan bagaimana hal itu bisa terjadi.

Jangan menangisi kesalahan. Periksa dan pelajari kesalahan. Selanjutnya manfaatkan pengetahuan baru Anda itu.

"Your mistake does not define who you are...you are your possibilities."
- Oprah Winfrey -

Selasa, 12 Januari 2010

Semangkuk Mie...

Pada malam itu, Anna bertengkar dengan ibunya. Penuh dengan amarah, Anna segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang sepeserpun.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai mie dan mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk mie, tetapi ia tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Anna berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata: "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk mie?" "Ya, tetapi aku tidak membawa uang." sahut Anna dengan malu-malu.

"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu." jawab si pemilik kedai. "Silakan duduk, aku akan memasakkan semangkuk mie untukmu."

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Anna segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. "Ada apa nona?" tanya si pemilik kedai. "Tidak apa-apa, aku hanya terharu." jawab Anna sambil mengeringkan air matanya.

"Bahkan seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk mie! Tetapi... ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi. Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri." katanya kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Anna, menarik nafas panjang lalu berkata: "Nona, mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah ini, aku hanya memberimu semangkuk mie dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak begitu banyak mie dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Malah kau bertengkar dengannya."

Seketika itu juga Anna terhenyak mendengar hal tersebut. Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu? Untuk semangkuk mie dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Anna segera menghabiskan bakminya, mengucapkan terima kasih kepada pemilik kedai bukan hanya untuk semangkuk mie yang baru saja disantapnya, tetapi juga untuk membuka mata hatinya, dan akhirnya iapun menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkan kepada ibunya.

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya berwajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Anna, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Anna, kau sudah pulang. Cepat masuklah, Ibu telah menyiapkan makan malam. Makanlah dulu sebelum kau tidur. Kalau makanan itu dingin tidak enak lagi nanti rasanya."

Seketika itu juga Anna tidak dapat menahan tangisnya. Ia pun menangis di pelukan ibunya.

Ada kalanya, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita wajib berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.

"Appreciation can make a day, even change a life.
Your willingness to put it into words is all that is necessary."
- Margaret Cousins -

Sabtu, 09 Januari 2010

Hal Terpenting Dalam Hidup Anda...

Suatu hari seorang ahli 'Managemen Waktu' berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yang tidak akan mudah dilupakan oleh mereka.

Ketika dia berdiri di hadapan siswanya dia berkata: "Baiklah, sekarang waktunya kuis."

Kemudian dia mengeluarkan toples berukuran sangat besar dan meletakkannya di atas meja. Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan dan meletakkan batu-batu itu dengan hati-hati ke dalam toples.

Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yang muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya : "Apakah toples ini sudah penuh?" Semua siswanya serentak menjawab, "Sudah!" Kemudian dia berkata, "Benarkah?"

Kemudian dia meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat diantara celah batu-batu itu.

Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi : "Apakah toples ini sudah penuh?" Kali ini para siswanya hanya tertegun, "Mungkin belum!", salah satu dari siswanya menjawab. "Bagus!" jawabnya.

Kembali dia meraih ke bawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong diantara kerikil dan bebatuan.

Sekali lagi dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?" "Belum!" serentak para siswanya menjawab. Dan sekali lagi diapun berkata, "Bagus!"

Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam toples, sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas. Lalu si Ahli Manajemen Waktu ini memandang kepada para siswanya dan bertanya : "Apa maksud dari ilustrasi ini?" Seorang siswa yang antusias langsung menjawab, "Maksudnya, betapapun penuhnya jadwal Anda, jika Anda berusaha Anda masih dapat menyisipkan jadwal lain ke dalamnya!"

"Jawaban yang bagus!", jawab si ahli, "Tapi bukan itu maksudnya. Sebenarnya ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa : JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI ANDA MASUKKAN, MAKA ANDA TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT.

Apakah batu-batu besar dalam hidup Anda? Mungkin anak-anak Anda, suami/istri Anda, orang-orang yang Anda sayangi, persahabatan Anda, kesehatan Anda, mimpi-mimpi Anda, ibadah Anda atau dengan istilah lain hal-hal yang Anda anggap paling berharga dalam hidup ini. Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yang pertama, atau Anda tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya. Jika Anda mendahulukan hal-hal yang kecil dalam prioritas waktu, maka Anda hanya akan memenuhi hidup ini dengan hal-hal yang kecil, dan Anda tidak akan punya waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga dalam kehidupan.

"Time is free, but it's priceless.
You can't own it, but you can use it.
You can't keep it, but you can spend it.
Once you've lost it you can never get it back.”
-  Harvey MacKay -

Minggu, 03 Januari 2010

Sebuah Pelajaran dari Mobil Tua...

Dulu saya punya sebuah mobil kecil yang biasa-biasa saja. Setiap hari selama bertahun-tahun saya beraktifitas ditemani olehnya. Mulai dari SMA, kuliah, bekerja, saya terus menggunakan mobil ini. Siang dan malam, kapanpun saya butuh kendaraan, dia selalu setia menemani saya. Terik matahari dan hujan deras tidak membuat saya kepanasan atau basah sampai saya tiba di tempat tujuan.

Sering saat sedang berkendara, saya melihat ke kiri-kanan jendela mobil saya. Tidak jarang terbersit rasa iri melihat mobil lain yang lebih besar dan mewah. Mulai muncul rasa kesal karena saya masih terus mengendarai mobil mungil ini. Memang sudah agak tua, mobil ini sudah mulai menyita waktu saya karena mulai "merongrong" dan perlu perawatan ekstra. Ingin rasanya segera menjual mobil ini dan menggantinya dengan  yang baru.

Mulailah muncul sebuah pikiran picik di dalam benak saya. Sengaja mobil itu tidak saya rawat lagi berharap suatu saat dia tidak lagi layak paka sehingga saya punya alasan untuk membeli yang baru. Dengan 1001 alasan sibuk kuliah dan pekerjaan saya akhirnya mulai menelantarkan perawatan mobil ini. Tidak lagi dicuci, tidak diperhatikan perawatan berkalanya, bahkan saya mulai mengabaikan beberapa hal kecil yang mulai tidak berfungsi, sampai suatu saat...

Saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Suatu hari bagian depan mobil saya terbakar akibat korsleting listrik di bagian lampu. Kerusakan yang dialami saat itu cukup parah dan memerlukan perbaikan besar dan sudah pasti tidak dapat dikendarai lagi saat itu. Seharusnya saya senang, kesempatan yang dinantikan akhirnya tiba juga. Tapi mengapa saat itu saya justru merasa sedih? Tidak terbayang rasanya saat saya melihat mobil saya dilalap api. Saya mati-matian berusaha untuk memadamkan apinya, bahkan saat itu saya sampai ikut terluka. Muncul penyesalan saat melihat mobil itu yang sebagian telah menjadi hitam hangus. Saat itu saya terus berusaha untuk mengeraskan hati dan berpikir, "Akhirnya saya punya alasan untuk mengganti mobil baru," tapi batin saya berkata lain. Pertarungan antara pikiran picik dan perasaan hati terjadi di dalam diri saya. Andai saja saya lebih memperhatikan mobil ini lebih baik lagi, hal seperti ini tidak mungkin terjadi. Tapi saya terus berusaha menyangkal dan tidak mau dipersalahkan dengan terus berkata, "Saya sudah tidak sanggup lagi mengurus mobil tua yang penyakitan seperti ini, saya tidak punya waktu untuk hal-hal seperti ini!" Namun tetap saja perasaan ini tidak dapat dibohongi. Penyesalan pun akhirnya mengalahkan segala alibi-alibi saya. Saat itu saya merasa jahat dan kejam sekali, "teman setia" telah diperlakukan sedemikian buruk sampai terjadi hal seperti ini.

Akhirnya saya memutuskan untuk memperbaiki mobil ini. Sejak saat itu saya mencurahkan seluruh perhatian saya untuk mengembalikan kondisinya seperti semula. Memang tampak lebih baik setelah perbaikan, mobil ini kembali mulus dan rapi. Namun luka bakar yang ada di mobil saya ini tidak akan pernah hilang, hanya ditutup oleh lapisan cat saja. Sebuah luka untuk terus mengingatkan saya bahwa sang pemilik telah memperlakukannya dengan buruk.

Begitulah sifat manusia ini. Saat mulai jenuh dan bosan, kita mulai tidak memperdulikan apapun atau siapapun yang kita anggap membosankan itu. Sedikit demi sedikit kita mulai melukai dia sampai akhirnya timbul goresan luka dalam yang tidak dapat hilang. Saat itu barulah kita menyesali perbuatan kita dan ingin memperbaiki semuanya. Nasi telah menjadi bubur, luka bisa disembuhkan, tapi bekasnya akan tetap ada. Itulah realita hati dan pikiran manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya.

Sekarang saya telah menjual dan mengganti mobil tersebut dengan sebuah mobil baru. Namun kenangan dan pelajaran yang saya dapatkan bersamanya sungguh berharga. Sebuah pelajaran untuk menghargai mereka yang dekat di hati. Cerita di atas hanyalah tentang sebuah mobil, sebuah benda tidak bernyawa. Terlebih lagi dengan orang-orang di sekeliling kita, yang memiliki emosi dan jiwa. Sudah sepantasnya bukan bagi kita untuk lebih peka terhadap mereka.

Seringkali dalam hubungan bersosialisasi kita mulai merasa jenuh dan bosan. Perlahan-lahan kita mulai tidak menghargai keberadaan teman-teman, rekan kerja, dan orang-orang di sekeliling kita, dan ingin mulai menjaga jarak dalam pergaulan. Mulai muncul berbagai alasan, tidak cocok, tidak sesuai, karakternya tidak menyenangkan, dan lain sebagainya. Adalah hal yang wajar untuk tidak merasa cocok dengan orang lain, sebab kita diciptakan berbeda, tiap orang memiliki hal yang disukai dan tidak disukainya sendiri. Saya pun menyadari tidak semua orang bisa get along dengan saya, dan saya memaklumi hal itu. Saatnya bagi saya untuk mundur teratur, dari seorang teman baik menjadi teman yang biasa-biasa saja. Dari seorang rekan kerja yang akrab menjadi sekedar teman kerja. Sebuah sikap yang saya pelajari untuk tetap membuat diri saya nyaman, dan tidak melukai orang lain.

Namun sayang sekali ada banyak orang yang belum bisa melakukan hal ini. Bagi beberapa orang, saatnya menjaga jarak berarti saatnya melukai. Saat mereka berpikir sudah saatnya tidak menjadi teman baik, saat itu pula mereka merasa perlu untuk mencampakkan orang tersebut. Mulai menghina, meremehkan, menghasut bahkan melakukan hal-hal jahat lainnya sehingga orang tersebut terluka. 1001 alasan muncul untuk menyakiti orang tersebut, meninggalkan jurang yang sangat dalam yang tidak dapat diseberangi lagi. Sebuah sikap yang jahat dan egois. Mengapa tidak berusaha melepaskan diri dan berpisah tanpa harus melukai pihak lain? Apakah akhir sebuah hubungan sosial harus diahiri dengan perasaan buruk? Apakah tidak mungkin menjaga jarak tanpa harus menyakiti?

Sama seperti sebuah mobil baru, di tahun ini sebuah lembaran baru pun di buka. Sebuah pelajaran yang harus saya simpan di benak saya baik-baik. Mungkin kita pernah menyakiti orang lain secara tidak sadar, dan saatnya untuk memperbaiki hal itu. It wouldn't be new year's if I didn't have regrets (William Thomas), awal tahun ini adalah sebuah momentum yang baru untuk merubah apa yang belum bisa diubah di tahun-tahun sebelumnya. Mari jadikan tahun yang baru ini sebuah tahun penuh kasih, bukan sebuah tahun penuh dengan luka...

Jumat, 01 Januari 2010

Berkelebihan atau Berkecukupan???

Sebuah Harapan di Pagi Hari...

Matahari baru saja terbit sekali lagi di pagi hari yang baru ini, di hari pertama di tahun yang baru. Apa yang bisa saya harapkan hari ini, mengenai bagaimana tahun ini akan saya jalani seperti apa?
Sesuatu yang tidak membuat orang lain menjadi miskin, sesuatu yang tidak mengorbankan orang lain; hanya beberapa hal di mana kehadirannya tidak akan membuat saya berhenti tapi justru menyentuh dan memberikan saya kekuatan :
  • Beberapa teman yang mengerti dan menerima saya apa adanya, dan tetap mau menjadi teman saya.
  • Pekerjaan yang memiliki nilai nyata tanpa membuat orang lain merasa lebih miskin.
  • Imbalan untuk pekerjaan yang secukupnya yang tidak membebani siapapun yang membayarnya.
  • Sikap yang tidak takut untuk bepergian, walaupun jalan yang harus dilalui tidaklah mulus.
  • Hati yang pengertian.
  • Sebuah pemandangan lembah yang abadi dan lautan tanpa batas, juga sesuatu yang indah yang dibuat oleh tangan penciptanya.
  • Rasa humor dan kekuatan untuk tertawa.
  • Sedikit waktu santai tanpa melakukan apapun.
  • Sejenak waktu yang tenang, sebuah meditasi sunyi. Merasakan keberadaan Sang Pencipta.
  • Dan kesabaran untuk menunggu hadirnya hal-hal di atas, disertai kebijaksanaan untuk tahu keberadaan mereka saat mereka hadir.
W.R. Hunt
Tahun 2009 telah berlalu, hadir tahun 2010 di hadapan kita. Banyak orang memimpikan hal-hal muluk dalam menyongsong tahun yang baru ini, berharap segalanya akan menjadi lebih baik lagi. Memang tidak salah menginginkan hal yang lebih baik, tapi andaikan tidak tercapai, jangan pernah merasa kecewa karena kita telah berusaha melakukan yang terbaik.

Tulisan W.R. Hunt di atas membuat saya berpikir dalam. Sedikit harapan, tidak terlalu muluk, tapi cukup untuk membuat seseorang merasa bahagia. Mengharapkan secukupnya, bukan sebanyak-banyaknya, itulah kunci kebahagiaan. Saat kita merasa puas dengan kecukupan, kita akan bersyukur dan berterima kasih. Justru saat kita berharap sebanyak-banyaknya, kita akan terus merasa kurang saat segalanya belum diraih.

Di tahun yang baru ini saya belajar untuk meraih apa yang terpenting di hidup saya. Saya sadar sebagai manusia saya tidak mungkin meraih segala hal dalam hidup ini, karena sebagai manusia saya pun punya banyak keterbatasan. Belajar untuk meraih kebahagiaan bukan hanya dalam pengertian berkelebihan, tapi berkecukupan. Seperti harapan W.R. Hunt untuk sebuah pagi yang baru, seperti itulah harapan saya di tahun yang baru ini.

“Seorang yang optimis menunggu tengah malam untuk menyongsong hadirnya tahun yang baru. Seorang yang pesimis menunggu tengah malam untuk memastikan tahun yang lama telah berlalu.” 
- Bill Vaughn -

Hadapi tahun yang baru ini dengan penuh harapan, bukan dengan kenangan masa lalu yang mengecewakan. Happy New Year 2010 for all of you. May this year brings better happiness than last year...