Kamis, 02 September 2010

Terlalu Betah...

Merhan Karimi Nasseri, seorang warga Iran, dicabut kewarganegaraannya ketika menaiki pesawat terbang menuju Paris. Pas­pornyapun diambil. Tanpa bukti kewarga­nega­raan, setibanya di Paris ia tidak diizinkan meninggalkan bandara. Selama sebelas ta­hun ia tinggal di Terminal 1; mandi di toi­let bandara, dan hidup dari bantuan staff bandara. Pada tahun 1999, pemerintah Pran­­­cis akhirnya memberinya izin untuk ting­gal dan bekerja. Sekarang ia bebas pergi ke­mana pun. Anehnya, ia memilih tetap ting­gal di ban­dara - sudah telanjur betah. Se­telah di­bujuk beberapa hari, barulah ia mau pergi.



Sebuah bandara, sebesar dan seba­gus apa pun, bukan rumah. Begitu juga du­nia ini bukan rumah sejati kita. Kita tinggal di dunia hanya sementara. Oleh karena itu jangan sampai kita terlalu lekat dengan daya tarik dan kenikmatannya. Gaya hidup yang masih mementingkan perkara duniawi; mengejar hanya soal ma­kanan, kenikmatan, kemewahan, kehormatan, dan keuntungan. Se­ba­gai warga surga, cara hidup kita seharusnya berbeda - me­ngejar hal yang bernilai kekal, seperti kasih, keadilan dan kebenaran.

Orang yang terlalu lekat pada dunia akan takut meninggalkan dunia ini apabila saatnya tiba. Segala hal yang telah telanjur digeng­gam erat biasanya sangat sulit dilepaskan. Maka, bersyukurlah jika terkadang Tuhan mengizinkan kita mengalami kehilangan, baik benda, kuasa, maupun kekasih tercinta. Semuanya menyadarkan bahwa dunia bukan rumah kita. Semuanya fana dan akan lenyap.

"Saat Hati Terpikat oleh Silaunya Dunia, Surga Tidak Lagi Tampak Mempesona"