Jumat, 21 Januari 2011

Arti Cinta Dalam Sebuah Pernikahan...

Berikut saya kutip sebuah kisah sederhana dari sebuah blog, yang menggambarkan arti cinta dalam sebuah pernikahan :

Suami saya adalah seorang Insinyur, saya mencintai karakternya yang mantap dan saya mencintai perasaan hangat saat saya berbaring di bahu lebarnya.

Tiga tahun masa berpacaran, dua tahun menikah; harus saya akui bahwa saya mulai merasa lelah. Alasan saya dahulu mencintainya telah berubah menjadi penyebab semua perasaan gelisah.

Saya adalah seorang wanita yang sentimentil dan sangat sensitif ketika berkaitan dengan nilai sebuah hubungan dan perasaan, saya merindukan masa-masa romantis bagai seorang gadis kecil mengharapkan permen manis. Sedangkan suami saya adalah kebalikan saya, sifat yang tidak sensitif dan ketidak mampuan untuk menghadirkan momen romantis dalam pernikahan kami telah mengecilkan arti cinta di dalam hati saya. Suatu hari saya akhirnya memutuskan untuk mengatakan kepadanya mengenai sebuah keputusan besar, bahwa saya ingin bercerai.

"Kenapa?" tanyanya, sambil terkejut. "Aku lelah, aku merasa tidak ada alasan untuk mempertahankan semua ini!" jawab saya. Dia terus terdiam sepanjang malam, sepertinya berpikir sangat dalam dengan ditemani rokok yang terus menyala. Perasaan kecewa saya semakin mendalam, hadir di depan saya seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan kesulitannya, apa lagi yang dapat saya harapkan dari dia? Dan akhirnya dia bertanya kepada saya : "Apa yang dapat aku lakukan untuk mengubah pikiranmu?"

Seseorang pernah berkata, sangat sulit untuk mengubah kepribadian seseorang, dan saya merasa telah kehilangan kepercayaan terhadapnya. Sambil menatap matanya dalam-dalam saya menjawab : "Aku akan menanyakan sebuah pertanyaan, jika kau dapat menjawabnya dan meyakinkan hatiku, aku akan berubah pikiran. Misalkan, aku menginginkan sekuntum bunga yang berada di tebing gunung yang curam, dan kita berdua tahu bahwa dengan mengambil bunga itu akan mengakibatkan kau meninggal, apakah kau tetap akan melakukannya buatku?" Dia menjawab : "Aku akan memberikan jawabannya besok..." Harapan saya pun kandas dengan mendengar respon seperti itu.

Saya bangun keesokan paginya dan tidak menemukan dia, namun sebagai gantinya ada sebuah kertas bertuliskan sesuatu di meja makan dekat pintu depan di bawah gelas susu, yang berkata... "Sayangku, aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tapi biarkan aku menjelaskan alasannya lebih jauh..." Baris pertama telah menghancurkan hati saya. Namun saya terus membaca.

"Ketika kau menggunakan komputer dan kau selalu mengacaukan program-program di dalamnya, kau menangis di depan monitor. Aku harus menyimpan jari-jariku supaya aku dapat membantu memulihkan program-program yang kacau tersebut. Kau selalu ketinggalan kunci rumah sebelum berangkat, sehingga aku harus memelihara kaki-kakiku supaya dapat berlari untuk membukakan pintu untukmu. Kau suka bepergian tapi kau selalu kehilangan arah di sebuah kota baru, aku harus menjaga mataku untuk menunjukkan jalan kepadamu. Kau selalu mengalami keram ketika "sahabat baik"mu datang setiap bulan, aku harus menjaga telapak tanganku supaya aku dapat menenangkan keram di perutmu. Kau suka berada di dalam rumah, dan saya kuatir kau akan terjangkit penyakit autis. Aku harus menjaga mulutku supaya dapat bercerita lelucon-lelucon dan kisah-kisah menarik untuk menyembuhkan rasa bosanmu. Kau selalu menatap layar komputer, dan hal itu tidak baik bagi matamu, aku harus memelihara mataku supaya saat kita tua, aku dapat membantumu menggunting kuku dan membantumu mencabut rambut-rambut putih yang menjengkelkan. Juga supaya aku dapat menggandeng tanganmu ketika berjalan menyusuri pantai, sambil menikmati sinar mentari dan pasir yang indah... Dan memberitahumu warna bunga-bunga yang berseri seperti wajah mudamu... Demikian, sayangku, kecuali aku yakin bahwa ada seseorang yang dapat mencintaimu lebih dari aku... Aku tidak akan memetik bunga itu, dan mati..."

Air mataku jatuh menetes di atas kertas, memudarkan tinta tulisan tangannya... dan saat saya meneruskan membaca... "Sekarang, setelah kau selesai membaca jawabanku, jika kau puas, tolong bukakan pintu depan karena aku sedang berdiri di sana sambil membawa roti dan susu segar kesukaanmu... Saya berlari membuka pintu depan, dan melihat wajahnya yang penasaran, dengan kedua tangannya mencengkram sebotol susu dan sepotong roti...

Sekarang saya sangat yakin bahwa tidak akan ada orang lain yang mencintai saya seperti dia, dan saya memutuskan untuk tidak memetik dan membiarkan bunga bunga itu di tebing...

Sumber : http://academictips.org/blogs/great-marriage-story/

Itulah hidup dan cinta. Ketika seseorang diselimuti cinta, perasaan yang meluap mulai memudar, dan seseorang cenderung untuk mengacuhkan cinta sejati yang justru menjadi dasar dari perasaan yang ada.

Cinta hadir dalam berbagai bentuk, kecil maupun besar; cinta tidak pernah hadir dalam sebuah model tertentu, ia bisa menjadi bentuk yang paling membosankan... Bunga-bunga, dan momen-momen romantis hanya digunakan dan muncul di permukaan dari sebuah hubungan. Dasar dari semua ini, sebuah pilar cinta sejati berdiri... dan itulah hidup kita... Cinta, bukan kata-kata yang mengatasi segalanya...

Jumat, 07 Januari 2011

Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree

Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam-malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.

Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Seks bebas, perjudian, obat-obatan. Dia menikmati semuanya.

Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara.

Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia. Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya. Dia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis, "Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku. Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan? Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota. Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tidak akan turun dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur hidupku."

Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya? Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. Seisi bis mendengar ceritanya, dan mereka meminta kepada sopir bus itu, "Tolong, pas lewat White Oak, jalan pelan-pelan... saya mau melihat apa yang akan terjadi..."

Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak. Dia tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras. Akhirnya dia melihat pohon itu. Air mata menetas di matanya...

Dia tidak melihat sehelai pita kuning...

Tidak ada sehelai pita kuning....

Bukan sehelai...

Melainkan ada seratus helai pita-pita kuning... Bergantungan di pohon beringin itu... Seluruh pohon itu dipenuhi pita kuning!!!

Kisah nyata ini menjadi lagu hits nomor satu pada tahun 1973 di Amerika. Sang sopir langsung menelpon surat kabar dan menceritakan kisah ini. Seorang penulis lagu menuliskan kisah ini menjadi lagu, "Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree", dan ketika album ini di-rilis pada bulan Februari 1973, langsung menjadi hits pada bulan April 1973. Sebuah lagu yang manis, namun mungkin masih jauh lebih manis jika kita bisa melakukan apa yang ditorehkan lagu tersebut...