Minggu, 30 Mei 2010

Bangkitkan Cinta Mula-Mula...

Seringkali kita merasakan bahwa hidup ini mulai terasa membosankan saat kita berkeluarga, mulai segalanya terasa perlahan-lahan kering. Rasa cinta yang begitu besar awalnya pada saat mulai berpacaran, perlahan-lahan mulai surut seiring dengan berjalannya waktu. Saat ini saya hanya ingin berbagi cerita agar rasa cinta kita terhadap pasangan kita dapat disegarkan kembali melalui kisah yang menyentuh ini :

Kisah ini menceritakan tentang pasangan muda yang bernama Jim dan Della. Mereka miskin namun mereka saling mencintai satu sama lain.

Saat menjelang Natal, Della berpikir untuk memberikan Jim sebuah hadiah Natal. Dia sangat ingin memberikan suaminya sebuah rantai untuk jam kantungnya, tetapi dia tidak memiliki cukup uang. Kemudian diapun mendapat sebuah ide. Dia memiliki rambut panjang yang indah. Dan akhirnya Della memutuskan untuk memotong rambutnya dan menjualnya supaya dia dapat membelikan sebuah rantai yang bagus untuk jam kantungnya Jim.

Pada malam Natal dia pulang ke rumah, dan di dalam tangannya ada sebuah kotak indah berisi rantai jam terbuat dari emas yang dia beli dengan menjual rambutnya. Kemudian Della mulai kuatir. Dia tahu Jim sangat mengagumi rambut panjangnya, dan dia bertanya-tanya apakah Jim akan kecewa saat Jim mengetahui bahwa dia memotong rambutnya dan menjualnya.

Della pun menaiki tangga dengan penuh rasa bingung menuju apartemen mereka yang kecil. Saat dia membuka pintu, dia terkejut melihat Jim sudah berada di rumah dan sedang menunggunya. Di dalam genggaman tangannya ada sebuah kotak yang terbungkus rapi berisi kado yang Jim belikan untuk istrinya.

Saat Della melepas scarfnya dan Jim melihat rambut Della yang pendek, mata Jim mulai berkaca-kaca. Tapi dia menahan air matanya agar tidak menetes dan memberikan Della kotak hadiahnya.

Saat Della membukanya, diapun tidak dapat mempercayai apa yang ada di depannya. Di dalam kotak itu ada satu set sisir perak yang indah untuk rambutnya yang panjang.

Dan saat Jim membuka bingkisannya, diapun juga terkejut. Di dalam kotak itu ada sebuah rantai emas yang indah untuk jam kantung emasnya. Hanya saja saat itu Della mengetahui bahwa Jim menggadaikan jam emasnya untuk membelikan istrinya sisir-sisir perak tersebut.

Hadiah-hadiah ini sebenarnya sangat indah, tetapi jauh lebih indah cinta yang dilambangkan oleh hadiah-hadiah yang mereka berikan ini.

O. Henry

Mari kita segarkan kembali kasih dan cinta kita kepada pasangan kita. Saat segalanya mulai terlihat tidak baik, ingat saat pertama kali kita bertemu dengan pasangan kita. Bangkitkan cinta yang dahulu pernah ada. Belajar mengingat kebaikan pasangan kita, bukan hanya melihat keburukannya. Anda pernah mencintainya dengan sepenuh hati jiwa raga Anda, mengapa sekarang tidak? Semoga kisah sederhana di atas dapat membangkitkan rasa cinta mula-mula yang sekarang mulai pudar...

Selasa, 25 Mei 2010

Sebuah Kisah Tentang Tekad

Hidup dapat menjadi hal yang paling kejam bagi beberapa orang dan ketika hal itu terjadi pada seseorang hanya tersisa dua pilihan. Mereka dapat mengalah dan menyerah, atau bahkan mencoba untuk bunuh diri, atau berusaha untuk melawan balik keadaan.

TinyRay Grier adalah seorang petarung. Pada tahun 1972 di usia 17 tahun TinyRay sedang bermain bola kaki di SMU ketika sebuah kecelakaan mengakibatkan kerusakan tulang belakang yang parah. Ini adalah momen yang menghapus semua impian pemuda itu dan meninggalkan dirinya dengan masa depan yang penuh ketidak pastian.

Operasi demi operasi berlangsung dan TinyRay menderita rasa sakit tiada akhir. Cedera tulang belakangnya menjadi komplikasi yang sangat parah akibat sebuah kecelakaan mobil dan beberapa gegar otak.

Tubuh ini tidak pernah dirancang untuk diam. Tubuh ini tidak dirancang untuk tetap berada dalam satu posisi di kursi roda walaupun menjalani latihan, TinyRay merasakan rasa sakit akibat berada dalam posisi lumpuh permanen ini.

Dalam beberapa tahun dia telah berjuang mengatasi beberapa penyakit ini:

Asthma - COPD
Degenerative Joint Disease
Strokes - April 98, July 98
Hypertension
Diabetes
Acid Reflux
Diastolic Dysfunction
Reflex Sympathetic Dystrophy
Spinal Stenosis
Spina Bifida - Occulta
Right Shoulder Impingement
Carpel Tunnel Syndrome
Calcified Granuloma - Bottom Lobe Right Lung
Sleep Apnea
Chronic Sinusitis - Allergies

Sebagian besar dari penyakit ini adalah dampak akibat kecelakaan yang diakibatkan ketika seorang pemuda pergi untuk menikmati sebuah permainan bola kaki tanpa menyadari bahwa itu adalah kesempatan terakhirnya untuk menikmati permainan tersebut.

Sampai saat ini TinyRay menunggu dengan penuh harap dan kesabaran untuk beberapa suntikan tulang belakang, yang *mungkin* menghalau rasa sakit yang menyiksa itu untuk sementara, atau untuk sebuah operasi, sebuah pilihan yang mungkin menjadikannya lebih lumpuh lagi dan lebih bergantung pada orang lain dibanding saat ini.

Tapi TinyRay Grier tidak pernah menyerah. Dia menggunakan bakat luar biasanya dalam menggambar dan melukis untuk mengungkapkan perasaannya, untuk melawan keganasan rasa sakit yang dihadapinya setiap hari. Bakat dan dedikasinya pada seni menjadikan dirinya dihormati diantara rekan-rekannya dan gaya lukisannya mencerminkan sebuah ciri khas.

Setiap hari dia melukis, bersantai bersama keluarga atau menikmati kebebasan yang diberikan kepadanya melalui dunia internet. Dia mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang dia nikmati, mengangkat rasa sakit dan mengalihkan pandangannya dari masalah yang ada di depannya.

Dalam menjalani tahun-tahun penuh rasa sakit TinyRay bisa saja mengembangkan rasa benci pada dunia karena dunia telah mengambil kemampuannya untuk berjalan dan dia tetap hidup untuk menjalani hari-hari penuh siksaan ini. Tapi hal itu tidak terjadi. TinyRay merasa jika dunia ini tidak mau membantunya, dengan imannya kepada Tuhan, keluarga dan teman-teman, dia akan memperjuangkan hidup ini langkah demi langkah, dan dia melakukannya, setiap hari dan dalam setiap cara.

Rabu, 19 Mei 2010

Menjadi Kaya - Sebuah Kisah Nyata

Seringkali kita mengeluh saat himpitan materi menekan kita, terutama kita yang tinggal di kota-kota besar. Semua orang berlomba untuk menumpuk harta dan kekayaan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Memang di jaman sekarang ini segalanya butuh uang, tapi bukan berarti uang dapat membeli segalanya. Kebahagiaan tidak dapat dibeli oleh materi, dan seringkali kita melupakan hal itu. Berikut kisah seorang Jaye Lewis, sebuah kisah sederhana dan biasa saja, tapi menggugah hati.

Sehari setelah Natal kami berkeliaran pada sebuah toko buku bekas, dengan suami saya, Louie, anak perempuan kami, Jenny dan Helen, dan saya sendiri. Ini adalah waktu yang sangat berarti buat kami, karena kami akan berpisah lagi sebagai sebuah keluarga, hanya dalam beberapa hari.

Delapan bulan terakhir terasa sangat berat semenjak suami saya pensiun dari Angkatan Laut. Kami telah memanipulasi "sistem militer," ketika pada saat bertugas, kami berusaha untuk menghindari perpisahan yang lama satu sama lain semampu kami. Sekarang di sinilah kami, pensiun, dan hanya tersisa delapan bulan menjelang pepisahan terpanjang.

Ketika suami saya pensiun, kami mengetahui bahwa pekerjaan yang tersedia untuknya hanyalah di kota Norfolk, Virginia. Impian kami adalah untuk menghabiskan sisa hidup kami di pegunungan sebelah Barat Daya Virginia, sejauh enam setengah jam perjalanan. Dengan kondisi kesehatan saya yang menurun, sangatlah tidak memungkinkan untuk saya untuk tinggal bersama Louie di kota. Kami terus menerus dipisahkan, berdoa dan berharap agar ada sebuah pekerjaan yang tersedia di sebuah daerah indah yang kami sukai. Jadi disinilah kami, menunda hal yang tidak dapat dihindarkan, menghabiskan waktu di sebuah toko buku bekas, sebelum anak-anak dan saya kembali menuju ke Barat Daya Virginia. Saat itu kami miskin seperti hari-hari sebelumnya; namun kami sangat bersyukur karena bersama-sama, dan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk pelukan ekstra, berbagi impian dan tawa. Di sana hanya ada seorang lagi di dalam toko buku selain sang pemilik, seorang wanita yang menawan berusia lebih kurang sama dengan saya. Saya memperhatikan pakaiannya, sepatunya dan tas tangannya yang mahal, dan saya bertanya-tanya dalam hati apa rasanya menjadi kaya, masuk ke sebuah toko buku dan memiliki uang untuk membeli buku apapun yang saya inginkan. Tapi saat itu kami sangat bergembira, dan dalam sekejap saya melupakan wanita itu.

Kami berkelakar sambil melanjutkan perburuan harta kami, menggenggam uang kami sebanyak lima dollar, berharap untuk dapat menjadi yang pertama untuk menemukan buku yang paling tua, dan tentu saja paling murah. Itu adalah perjalanan yang menyedihkan sekaligus menyenangkan. Seringkali Louie dan saya melewati satu sama lain, mencari alasan untuk bersentuhan atau untuk memberi satu sama lain genggaman tangan ekstra. Jenny teringat tidak jauh dari toko buku ada sebuah mesin ATM, dan dia memutuskan bahwa dia membutuhkan tambahan duapuluh dollar dan bergegas pergi.

"Tidak adil!" Saya mengeluh. "Kami semua hanya dapat membelanjakan lima dollar, dan kamu akan menghabiskan duapuluh lima dollar?!"

Kami semua tertawa dan mulai mengolok-olok Jenny tanpa ampun, tapi dia dapat meyakinkan ayahnya bahwa dia harus mendapatkan $20 tambahan agar dapat membeli buku yang tidak dapat ditolaknya itu.

"Ayo, Jenny," Louie tertawa. "Ayah akan mengantarmu ke ATM."

Kemudian kami melakukan sebuah babak berpelukan dan berciuman lagi, tidak satupun dari kami ingin berpisah bahkan hanya untuk beberapa menit. Tak lama kemudian Louie dan saya berkata "selamat tinggal." Kami tidak dapat menolak kesempatan untuk meyakinkan satu sama lain tentang cinta kami, dan keyakinan kami bahwa perpisahan kami akan segera berakhir. Hal ini bagaikan sebuah sandiwara, drama situasi keluarga, namun kami tidak peduli tentang apa pendapat orang lain.

Keluarga militer sepertinya dapat dikategorikan menjadi dua : mereka yang mencari kesempatan untuk menunjukkan rasa sayang, dan mereka yang menghindari kontak, karena "selamat tinggal" adalah menyakitkan. Saya harus akhi kami adalah keluarga yang sangat penuh dengan "peluk-cium," dengan tidak menghiraukan orang lain, kami melanjutkan untuk memberikan kecupan dan pelukan terus menerus. Dalam karir militer, kami telah menyadari apapun dapat terjadi bahkan dalam perpisahan yang sangat singkat. Tapi sekarang ketika saya mengingat kembali, saya menyadari bagaimana kami terlihat sangat aneh.

Akhirnya, di antara banyak pelukan dan ciuman, saya melihat sebuah buku yang sempurna untuk saya! Buku itu berusia seratus tahun, dan berkisah persis pada periode waktu yang menjadi favorit saya, abad pertengahan. Oh, betapa saya menginginkan buku itu! Saya segera memeriksa berapa harganya, dan hati saya hancur. Harganya duapuluh lima dollar! Kami tidak memiliki uang sebanyak itu. Saya menatap Louie, dan seketika itu juga saya mengetahui jawabannya.

Dia pasti sangat menginginkan agar saya dapat memiliki buku itu. Saya dapat melihat kesedihan itu di matanya. Louie mengulurkan tangan dan memberikan saya pelukan ekstra. Saya mengerti pesan "sayang, kita tidak mampu untuk membelinya," yang hendak ia sampaikan. Saya bersandar pada lengannya, dan saya melihat perempuan menawan tadi juga memegang buku yang saya inginkan. Ya sudahlah, biarkan dia memilikinya. Saya memeluk Louie lagi, dan setengah serius, saya bergumam, saat mata saya beradu pandangan dengan perempuan itu.

"Oooohh, Andaikan saja saya kaya raya!"

"Terlihat bagiku, Anda sudah terlihat kaya." dia berkata sambil tersenyum.

Saat itu ada jeda yang cukup lama dan hati saya dipenuhi dengan pemahaman. Saya melihat suami saya, menatap anak-anak saya, saling merangkul bagaikan dalam naungan penuh cinta, dan saat itu saya menyadarinya. Saya kaya. Sangat kaya. Saya segera berbalik untuk berterima kasih pada wanita itu untuk mengingatkan hal ini kepada saya, tapi dia telah pergi!

Siapa dia? Saya tidak akan pernah tahu. Tapi apa yang dia lakukan menurut pandangan saya sangatlah penuh mujizat. Saya tidak akan melupakannya. Kemana dia menghilang? Saya tidak tahu.

Cukup aneh, dalam hitungan hari suami saya menerima tawaran kerja di Barat Daya Virginia. Dalam waktu kurang dari dua minggu, dia dipekerjakan dan pindah ke tempat yang sekarang menjadi rumah kami. Surat panggilan kerja itu telah dikirimkan dua hari sebelum Natal, bahkan pada saat kami berpelukan dan berciuman di toko buku itu. Bahkan momen saya mendengar kata-kata, "Terlihat bagiku, Anda sudah terlihat kaya," saat itu sudah dalam proses pergerakan untuk menyatukan keluarga kami. Saya sangat yakin bahwa ini semua adalah rencana Tuhan, untuk mengingatkan saya apa arti dari menjadi "kaya" ... keyakinan, cinta, keluarga, dan sahabat. Dan ketika saya sampai di surga, saya tidak akan terkejut sama sekali saat saya menyadari bahwa Tuhan mengirimkan seorang malaikat ke sebuah toko buku bekas, di Norfolk, Virginia, untuk memberikan pesan yang paling kaya, sehari setelah Natal, bertahun-tahun yang lalu.

Jaye Lewis, 2003

Kekayaan bukan hanya soal materi. Orang-orang terdekat kita juga merupakan harta yang tidak ternilai harganya. Saat kita kehilangan materi, kita dapat membelinya lagi. Tapi saat kita kehilangan orang-orang yang kita kasihi, mereka akan pergi untuk selamanya. Marilah sebelum terlambat, sadarilah bahwa kita kaya, dan mulai menunjukkan kasih kita kepada mereka. Jangan tunda lagi, mulailah dari sekarang...

Kamis, 06 Mei 2010

Pianis Berjari 4...

Kisah ini akan menginspirasi Anda... untuk dapat menyadari bahwa siapapun dapat mengatasi kesulitan!

Apa yang Anda lakukan ketika Anda dilahirkan dengan dua jari pada setiap tangan dan kedua kaki Anda diamputasi dari lutut ke bawah ketika Anda berusia tiga tahun? Jika Anda seorang Hee Ah Lee, Anda akan menjadi seorang pianis konser. Dia sudah cukup professional sekarang, dan Anda akan sangat suka mendengarnya bermain piano... Silahkan saksikan video berikut ini :



Hee Ah Lee dilahirkan dengan cacad fisik yang cukup parah. Dia hanya memiliki dua jari pada setiap tangan. Dan kedua kakinya hanya utuh sampai ke lutut. Dokter yang merawatnya tidak berharap dia dapat bertahan hidup.

Tapi dia tetap bertahan hidup. Pada usia enam tahun dia mulai bermain piano. Saat itu keempat jarinya sangat lemah. Dia bahkan tidak dapat memegang sebuah pensil. Sang ibu berharap dengan bermain piano genggaman sang anak dapat menjadi lebih kuat.

Ternyata hal itu berhasil. Tetapi lebih dari itu, Lee menyadari panggilannya. Dia sekarang tur keliling dunia, bermain piano untuk para pemirsanya yang terkesan. Dia memainkan lagu-lagu yang bahkan sulit untuk dimainkan oleh manusia berjari lengkap.

Sebuah kisah nyata yang menggetarkan hati...

Kisah ini nyata dan Hee Ah Lee memang benar-benar ada. Ini adalah sebuah kisah mengenai seorang ibu dan seorang anak perempuan yang mampu mengatasi permasalahan dari awal.

Ibu Lee secara tidak diketahui hamil saat dia menikah dengan seorang yang lumpuh. Para dokter berkata akibat penggunaan obat tertentu mungkin anaknya tidak dapat dilahirkan normal. Namun dia memilih untuk melanjutkan kehamilannya dan pada tahun 1985 di Seoul, Korea Selatan, Hee Ah Lee kecil dilahirkan dengan hanya dua jari pada masing-masing tangan, kerusakan pada kedua kakinya, dan sedikit cedera otak. Pihak rumah sakit berkata kepada sang ibu bahwa dia tidak dapat merawat anaknya di rumah dan pihak keluarga menginginkannya untuk menempatkan anak tersebut untuk diadopsi di negara lain. Namun sang ibu tetap berpikir bahwa anaknya sempurna, dan bertekat bahwa anak tersebut dapat menjalani sebuah hidup yang sukses dan berhasil.

Pada masa kanak-kanak Lee, sang ibu memutuskan untuk memberikan anaknya pelajaran piano untuk dua alasan. Yang pertama adalah dengan belajar piano akan memperkuat kedua tangan anaknya sehingga dia dapat memegang pensil. Yang kedua adalah jika anak ini dapat menguasai permainan piano, dia dapat menguasai apapun. Begitu banyak kesulitan, pergumulan dan air mata yang dijalani pasangan ibu dan anak ini selama beberapa tahun. Dan pada usia 7 tahun Lee memenangkan Korea’s 19th National Handicap Conquest Contest dan mendapatkan penghargaannya langsung dari Presiden Korea.

Sekarang Lee berusia 22, memiliki banyak penghargaan, dan telah menjadi seorang pianis konser kelas dunia dengan lebih dari 200 pertunjukan. Album pertamanya berjudul “Hee-ah, a Pianist with Four Fingers” dirilis pada Juni 2008.

Lee memberikan penghargaan kepada ibunya untuk tantangannya menguasai piano dan berkata walaupun begitu banyak kesulitan pada masa-masa latihan, "dengan berlalunya waktu, sang piano menjadi sumber inspirasi saya dan sahabat saya."