Jumat, 25 September 2009

Kebohongan Seorang Ibu

Karena kasihnya kepada sang anak, banyak ibu melakukan “kebohongan”, seperti yang dikisahkan seseorang berikut ini : Ketika penghasilan keluarga kami kurang memadai dan seringkali kami kekurangan makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku, sambil berkata: "Makanlah nak, aku tidak lapar" – itu kebohongan ibu yang pertama.

Saat aku bersekolah, aku melihat seringkali ibu bekerja keras hingga larut malam. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, sudah malam.” Ibu tersenyum dan berkata, "Kamu tidur duluan nak, aku belum capek" – itu kebohongan ibu yang kedua.

Setelah ayah meninggal karena sakit, ibu harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Melihat kondisi itu, tetangga seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu berkata: "Saya tidak butuh cinta" – itu kebohongan ibu ke tiga.

Setelah kakakku tamat kuliah dan bekerja di luar kota, ibu sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, setiap pagi ia berjualan sayur di pasar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu tidak mau menerima uang tersebut, sambil berkata: "Aku punya uang, kamu pakai saja uang itu" – itu kebohongan ibu ke empat.

Pada saat ibu sakit kanker dan dimakan usia maka ia harus dirawat di rumah sakit. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan" – itu kebohongan ibu kelima.

Setelah itu, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Sahabat, membaca kisah di atas, saya yakin Anda sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan, ”Terima kasih ibu!" Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

BELAJARLAH MEMBALAS BUDI ORANGTUA SELAGI MASIH ADA KESEMPATAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar