Minggu, 27 September 2009

Apakah Anda Seorang Pengecut?

Semua orang pasti tak suka dijuluki seorang pengecut, khususnya para lelaki. Tapi pada kenyataanya hampir semua orang memang berjiwa pengecut. Atas dasar apa saya bisa berkata seperti ini?

Saya teringat masa-masa saya bersekolah dulu, bahkan mungkin sekarang pun masih terjadi. Saat itu banyak pelajar yang suka sekali dengan kegiatan yang namanya "tawuran." Tidak hanya pelajar STM dan SMA, tapi juga pelajar SMP dan bahkan tidak jarang pelajar SD yang terlibat dalam perkelahian antar pelajar ini. Saat menonton pertandingan sepakbola, saya juga sering melihat "tawuran" antar supporter. Semua orang merasa kuat dengan adanya komunitas seperti ini. Mengatasnamakan komunitas dengan berkostum seragam yang sama mereka merasa sangat kuat dan berkuasa.

Inilah sifat ke-pengecut-an yang sering pula kita lihat juga pada manusia-manusia yang "berseragam." Banyak orang saat ini mengatasnamakan lembaga, golongan, komunitas dan lain sebagainya yang menyatakan kumpulannya. Orang-orang ini selalu berlindung di balik "seragam" yang dikenakannya, padahal orang-orang ini lebih mementingkan kepuasan, ego, dan kepentingannya sendiri. Tidak sedikitpun yang diperjuangkan adalah demi kepentingan lembaga, golongan atau komunitasnya. Memang sudah jadi sifat alami manusia yang tidak bisa berdiri teguh di atas kakinya sendiri. Hampir semua orang membutuhkan dukungan dan gentar menghadapi masalah seorang diri.

Apakah ada orang yang sungguh-sungguh berani menghadapi masalah dan tekanan seorang diri, berdiri sendiri di atas kakinya sendiri tanpa mengatasnamakan lembaga, golongan, komunitas atau apapun namanya itu? Ini yang saya sebut sebagai sikap seorang pengecut, berani hanya saat bersama-sama dengan rombongannya, bukan menghadapinya dengan tegar secara jantan seorang diri.

Apakah kita melakukan hal yang benar dengan mencari dukungan dari sesama kita? Dengan mengenakan "seragam" yang sama apakah benar kita memiliki "power" untuk menindas dan berlaku semena-mena, demi kepuasan kita pribadi? Sungguh memalukan dan memilukan melihat sikap pribadi-pribadi yang hanya berani bersembunyi dibalik rombongannya.

Jadi bagaimana kita memperoleh kekuatan untuk bersikap jantan? Apakah benar dengan mencari dukungan manusia dan komunitasnya? Menurut pengamatan saya kemampuan manusia ada batasnya. Sejarah telah membuktikan bahkan kekuasaan seseorang tidaklah absolut. Selalu ada masa-masa kejatuhan dibalik kekuasaan suatu komunitas. Carilah dukungan dan kekuatan bukan dari manusia, sebab hanya Tuhan yang sanggup memampukan kita untuk menghadapi masalah dan tekanan hidup ini di atas kaki kita sendiri. Bersandar kepadaNya, kita akan memiliki sikap gentlemen, karena dengan demikian kita yakin tak ada masalah yang tak dapat diselesaikan dengan bantuanNya. Jadilah insan yang jantan, tidak bersembunyi dibalik kerumunan orang, tapi teguh berdiri dengan kekuatanNya dalam menghadapi masalah dan cobaan. Jangan jadikan orang-orang di "komunitas" Anda sebagai perisai untuk kepentingan Anda.

Apakah Anda seorang pengecut? Hanya Anda sendiri yang tahu jawabannya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar